Abstrak RSS

Pengaruh Pupuk Organik Bionutrisi Super (BIOS) dengan Indikator Tanaman Jagung (Zea mays) pada Inseptisols Jatinangor dan Mentimun (Cucumis sativus) pada Ultisols Jatinangor

Pengaruh Pupuk Organik Bionutrisi Super (BIOS) dengan Indikator Tanaman Jagung (Zea mays) pada Inseptisols Jatinangor dan Mentimun (Cucumis sativus) pada Ultisols Jatinangor
Prof. Dr. Ir. Jajang Sauman H, MS., Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, MS., Prof. Dr. Ir. Yuyun Yuwariah, MS., Diyan Herdiyantoro, SP., M.Si.
Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
, , , ,

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan dalam menunjang pendapatan petani karena sarnpai saat ini produksi jagung dalam negeri belum mencukupi kebutuhan. Kebutuhan jagung di dalam negeri terus meningkat, sementara produksi nasional masih rendah yaitu rata-rata 3,4 ton/Ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 8 ton/Ha. Sementara itu, rnentimun (Cucumis sativus) merupakan tanaman sayuran buah daerah tropik dan subtropik yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia Mentimun merupakan sayuran yang banyak mengandung vitamin dan mineral serta mernpunyai peranan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat. Mentimun merupakan salah satu komoditas yang telah dikenal dan digemari masyarakat dan diharapkan dapat berperan dalam pernenuhan kebutuhan gizi. Rata-rata hasil panen mentirnun tingkat nasional 9,26 ton/Ha (Sumpena, 2002). Salah satu penyebab rendahnya hasil kedua jenis tanaman tersebut adalah kondisi agroekologi yang tidak menunjang, khususnya pada lahan kritis. Lahan kritis mengandung berbagai masalah, antara lain sifat fisika, kimia dan biologi yang kurang mendukung seperti miskin hara, pH rendah, bahan organik kurang, drainase dan aerasi tidak baik dan mikroorganisme menguntungkan di dalam tanah kurang sehingga tidak mendukung siklus hara di dalam tanah. Pemberian pupuk kimia secara intensif telah menyebabkan kesuburan tanah terganggu dan memacu mineralisasi bahan organik tanah sehingga terjadi penurunan kadar C-organik dalam tanah, kualitas dan kesehatan tanah menjadi rendah. Oleh karena itu, terjadi pelandaian (levelling oft) produktivitas lahan. Hal ini terbukti dengan tidak meningkatnya produksi meskipun pemberian pupuk ditingkatkan (Gunarto et al., 2002; Simarrnata, 2007). Untuk meningkatkan hasil tanaman pada lahan kritis diperlukan pengelolaan yang intensif dan dilkuti dengan usaha perbaikan kesuburan tanah yang meliputi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.

Download: .Full Papers