Abstrak
Gambaran Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-laki Di MTS X Jatinangor
Arsita Purnomo
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
intensi, Intention, intention forming determinant, Jatinangor, male students, merokok, MTS, Siswa Laki-Laki
Perilaku merokok dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Dari tahun ke tahun, perilaku merokok cenderung dimulai pada usia yang semakin muda. Sebanyak 3,9 juta jiwa perokok aktif adalah anak berusia 10 sampai 14 tahun. Fenomena ini juga terjadi pada sebagian besar siswa laki-laki di MTs X Jatinangor. Peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior dari Ajzen & Fishbein untuk menjelaskan kemunculan suatu tingkah laku yang ditandai dengan adanya kecenderungan (intensi) individu untuk bertingkah laku tertentu. Dengan mengetahui intensi dan kontribusi dari determinan pembentuk intensi melakukan perilaku merokok, diharapkan orang tua, pihak sekolah, maupun siswa laki-laki dapat melakukan upaya pencegahan perilaku merokok yang dilakukan siswa laki-laki. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel penelitian adalah 52 responden, berusia 12-15 tahun, bersekolah di MTs X Jatinangor, dan melakukan perilaku merokok. Alat ukur penelitian ini berupa kuisioner intensi dan determinan pembentuk intensi yang dikembangkan peneliti berdasarkan salient belief, yaitu pada skala sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji analisis regresi untuk melihat kontribusi tiap determinan pembentuk intensi melakukan perilaku merokok. Dari hasil penelitian, hampir sebagian siswa laki-laki memiliki intensi yang kuat untuk melakukan perilaku merokok. Determinan pembentuk intensi yang memiliki kontribusi terbesar dalam penelitian ini adalah sikap mengenai perilaku merokok. Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa laki-laki terhadap perilaku merokok yang dibentuk dari keyakinan akan konsekuensi dari melakukan perilaku merokok dan juga penilaian siswa laki-laki terhadap konsekuensi yang dapat timbul dari perilaku merokok memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembentukan intensi melakukan perilaku merokok.
Smoking behavior is performed by majority of Indonesians. Over recent years, smoking behavior tends to start at increasingly young age. A total of 3.9 million active smokers aged from 10 to 14 years old. This phenomenon occurs in the majority of male students at MTs X Jatinangor. Theory of Planned Behavior from Ajzen & Fishbein being used to explain this emerging behavior which is characterized by the tendency (or intention) of individuals to behave in particular. By understanding the intentions and the contribution of the ‘intention forming determinants’, either parents, school authorities or the students are then expected in being able to prevent student’s smoking behavior. This research used descriptive quantitative method with purposive sampling technique. Participants of this study are 52 male students aged from twelve to fifteen years old, attending MTs X Jatinangor who perform the behavior of smoking. Measuring instrument is presented in the form of a ‘intentions and intention forming determinants’ questionnaire, developed by researchers upon salient belief, namely on a scale of attitudes, subjective norms, and perceived control. Regression analysis chosen to reveal each intention forming determinant toward actual smoking behavior. Findings indicates up to half of male students showed a strong intention to perform the behavior of smoking. Determinant forming intentions that has significant contribution in this research is male student’s attitudes toward smoking behavior. In which attitude of the male students toward smoking behaviors are formed upon a belief in the consequences of behavior, the perceived value of the consequences that arises from smoking behavior also contributes significantly to the establishment of the intention of doing the smoking behavior.