Abstrak 
Pengembangan Rantai Nilai Padi Berkelanjutan Kabupaten Boyolali Jawa Tengah Berkelanjutan I Jawa Tengah
Dr. Ronnie S. Natawidjaja, Ir., MSc.
Universitas Padjadjaran, Kerjasama CAPAS Universitas Padjadjaran dengan VECO Indonesia
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Kerjasama CAPAS Universitas Padjadjaran dengan VECO Indonesia
Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Pengembangan Rantai Nilai Padi
Pertumbuhan penduduk yang pesat telah meningkatkan permintaan pangan dan memberi beban terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan pertanian, sehingga menyebabkan penurunan kualitas ekologi dan pencemaran lingkungan. Kondisi tersebut menuntut sektor pertanian untuk beralih ke sistem pertanian yang lebih berkelanjutan dan memberikan perhatian terhadap kesejahteraan petani. Salah satu usaha menuju ke pertanian berkelanjutan adalah dengan mempromosikan budidaya pertanian organik. Peralihan ke budidaya organik tidak hanya memberikan dampak pada ekosistem, tetapi juga memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui nilai produksi yang lebih tinggi. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman keberhasilan dari sekelompok petani padi di Boyolali yang menamakan diri Aliansi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI) yang secara bertahap telah mampu beralih pada sistem budidaya padi organik dan memanfaatkan peluang untuk memasok permintaan pasar global. Hasil studi menunjukan bahwa pemasaran padi umumnya (konvensional) di Boyolali marjin terbesar diperoleh pedagang pengumpul (penebas). Penyebab dari tingginya marjin yang diterima penebas karena proses nilai tambah dari mulai pemanenan hingga pasca panen dan penggilingan sehingga menjadi beras curah diperoleh semua oleh penebas. Tambahan lagi, penebas biasanya memasukan aspek resiko pada waktu menentukan harga menebas padi di sawah, sehingga harga beli dengan tebas biasanya lebih rendah. Keberhasilan APPOLI dalam mengembangkan sistem budidaya padi organic di Boyolali adalah karena kemampuannya menjalankan 2 fungsi utama kelembagaan petani, yaitu fungsi bimbingan dan pengawasan yang dijalankan melalui program ICS hingga mendapatkan sertifikat organik dari Institute of Marketecology (IMO) dan fungsi pemasaran produk padi organic hingga mampu mengekspor ke pasar global. Ada dua jenis produk beras yang dihasilkan APPOLI, yaitu beras sehat (healthy rice) yang dihasilkan dari budidaya yang mengikuti prosedur budidaya organic tapi belum mendapatkan sertifikasi untuk pasaran kota-kota besar didalam negeri dan beras organic bersertifikat IMO untuk pemasaran export ke luar negeri. Dari rantai nilai beras sehat petani mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dari beras konvensional. Pada rantai beras sehat juga terlihat marjin yang terbesar (dan sama besarnya) diperoleh Supermarket dan distributor (pemasok ke supermarket) yang diperoleh dari kemampuan sector hilir dalam menciptakan segmentasi pasar untuk konsumen beras yang memperhatikan aspek kesehatan. Sedangkan besaran marjin yang diperoleh APPOLI dan CV CSA sebagai penampung produk beras sehat dari sentra produksi kurang lebih sama, tapi lebih kecil dari marjin supermarket. Pada rantai beras sehat petani menerima harga yang lebih tinggi dan marjin lebih besar diperoleh para pelaku di sector hilir. Tapi rantai ini juga telah memperlihatkan adanya peningkatan nilai tambah yang lebih terdistribusi diantara pelaku-pelaku aktif pada rantai pemasaran. Rantai nilai beras organic bersertifikat merupakan rantai yang paling pendek dibandingkan dengan yang lain tapi menghasilkan nilai tambah yang paling tinggi. Harga jual beras organik bersertifikat adalah tertinggi dan petani juga mendapatkan harga jual tertinggi dibandingkan dengan harga pada rantai lainnya. Selain itu APPOLI juga mendapatkan marjin yang lebih tinggi dibandingkan rantai lainnya. Pada rantai beras organic bersertifikat internasional ini terlihat pelaku pada sector hilir adalah yang mendapatkan marjin sangat tinggi karena menikmati keuntungan dari segmentasi niche dari pasaran organic internasional. Dari perbanding net marjin yang diterima petani, terlihat adanya insentif meningkat yang secara logis akan juga mendorong petani untuk beralih pada sistem budidaya padi organic yang berkelanjutan karena dari segi biaya relative sama. Demikian pula bagi APPOLI, struktur insentif berjenjang dari peralihan sistem budidaya padi ke sistem budidaya padi organic akan mendorong APPOLI untuk lebih giat membina dan mengawasi kualitas hasil padi organic yang dihasilkan petani anggotanya karena memberikan insentif yang jauh lebih besar. Tantangan kedepan adalah meningkatkan keberlanjutan dari sistem kelembagaan APPOLI dengan menciptakan kerjasama pada rantai nilai dengan informasi marjin yang lebih transparan.