Abstrak 
Baseline Survey For Economic Program 2014 Halmahera Utara ADP
Dr. Ronnie S. Natawidjaja, Ir., MSc.
Universitas Padjadjaran, Kerjasama CAPAS Universitas Padjadjaran dengan World Vision Indonesia
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Kerjasama CAPAS Universitas Padjadjaran dengan World Vision Indonesia
Economic Program, Halmahera Utara
Baseline Survey dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengukur nilai awal dari setiap indikator dalam desain program ekonomi, (2) menemukan korelasi antara indikator outcome dalam rangka mendukung tujuan program pengembangan ekonomi, (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang akan menghambat program pengembangan ekonomi, (4) mengidentifikasi kondisi faktor input dalam ADP, (5) mengukur kondisi kelompok masyarakat yang dilibatkan dalam program ekonomi, dan (6) memberikan rekomendasi tindak lanjut untuk mendukung pelaksanaan program fase kedua program ekonomi ADP Halmahera Utara. Pemikiran teoritis yang menjadi dasar dari kerangka survey ini merujuk pada Sustainable Livelihoods Framework atau Kerangka Kehidupan Berkelanjutan. Sedangkan pelaksanaan survey dilakukan pada 11 Juli – 29 Agustus 2014 dengan metoda Key Informant Interview (KII), Focus Group Discussion (FGD),dan Survey Rumah Tangga petani dengan sampel sebanyak 300 KK diambil secara proporsional berdasarkan sebaran populasi dengan metoda Multistage Stratified Random Sampling dari 8 desa yang menjadi sasaran ADP Hamahera Utara, 4 desa pantai dan 4 desa darat. Hasil baseline survey menunjukan bahwa kepala keluarga petani di Halmahera Utara sebagian besar berumur 30-64 tahun (80%), berpendidikan SD-SMP (70%), rata-rata dengan pengalaman bertani 22 tahun, baru 12% yang pernah mengikuti pelatihan, namun sebagian besar sudah tergabung pada Poktan/Gapoktan (53%). Petani rata-rata memiliki 5 orang tanggungan keluarga. Sebagian besar keluarga petani memiliki anak umur 0-18 tahun yaitu sebanyak 82,7% dan hanya 32,3% yang memiliki anak balita (<5 tahun). Sebagian besar dari anak-anak tersebut telah memiliki akte kelahiran (87%). Tingkat partisipasi anak usia bersekolah (6-18 tahun) pada tingkat pendidikan yang ada (APK) adalah 80,7%. Artinya masih ada 19,3% dari anak-anak tersebut yang tidak bersekolah. Angka APK yang terendah adalah untuk tingkat SMP sebesar 68%. Sedangkan untuk jenjang SD (85,6%) dan SMA (88,2%) sudah lebih baik. Namun rendahnya APK tingkat SMP bisa menurunkan APK tingkat SMA pada masa mendatang. Data pendapatan keluarga tani dari 300 sampel menunjukan distribusi yang tidak normal (bell shape) dan terkonsentrasi ke sebelah kiri (skewed to left). Artinya, walau ada beberapa yang berpendapatan tinggi, namun sebagian besar berpendapatan jauh lebih rendah. Nilai tengah dengan menggunakan median menunjukan bahwa sebagain besar keluarga tani mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 1.219.503 per bulan (Rp. 14.634.033 per tahun). Kontribusi pendapatan dari kelapa (kopra) rata-rata sebesar 42% diperoleh semua keluarga sampel (100%), menunjukan bahwa kopra adalah sumber pendapatan terpenting bagi masyarakat. Sumber pendapatan yang dipeoleh sebagian besar dari keluarga petani (71%) adalah pendapatan usahatani lainnya walau kontribusinya bervariasi dan secara rata-rata agak kecil (3%). Yang memiliki kontribusi cukup besar adalah pendapatan dari luar usahatani sebesar 13% namun hanya diperoleh 63% dari keluarga sampel. Pendapatan dari anggota keluarga terbilang kecil dan hanya diperoleh sebagian kecil keluarga (29%). Tiga komoditas utama yang paling banyak diusahakan petani adalah kelapa, pala dan pisang. Halmahera Utara sebetulnya memiliki banyak komoditas lain, namun hanya diusahakan oleh sebagian petani dan hanya ditempat-tempat tertentu. Di pihak lain Dinas Pertanian, Pertanakan, dan Perkebunan Kab. Halmahera Utara memfokuskan pada pengembangan 3 komoditas yaitu Sapi, Jagung, dan Kelapa (SaJaK). Dari petani sampel, ditemukan hanya 25,7% petani mengusahakan sapi dan hanya sebagian kecil yang membudidayakan jagung (1,7%). Tentunya bisa dipahami bahwa program Kabupaten Halut tersebut dikembangkan berdasarkan acuan pada program nasional untuk mencapai swasembada jagung dan sapi. Sehingga dicanangkannya Program SaJaK tersebut dimaksudkan untuk menciptakan adanya kontribusi Kabupaten Halut pada pencapaian swasembada pangan nasional. Terdapat 56,7% petani yang tergantung kepada dana dari luar untuk memenuhi kebutuhan usahatani yang umumnya dipenuhi dari pedagang/pengusaha. Sebagian lagi petani tidak meminjam keluar (43,3%) melainkan menggunakan dana dari keluarga/saudara. Sedangkan kisaran pinjaman petani untuk kebutuhan usahatani adalah di bawah Rp. 300.000,-/bulan dilakukan oleh 38,7% petani sampel. Untuk kebutuhan usahatani, 40,7% pembayaran pinjamannya dialokasikan dari hasil panen. Sehingga petani sangat tergantung kepada pinjaman dari para pedagang/pengusaha. Bahkan untuk kebutuhan rumah tangga mereka, sangat bergantung pada hasil dari waktu panen (37,3%). Terdapat 82,3% petani yang tergantung kepada pinjaman untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Rata-rata pinjaman petani untuk kebutuhan rumah tangga adalah sebesar Rp. 243.080,-/bulan dilakukan oleh 70,7% petani sampel. Namun ditemukan 23% petani yang menyatakan tidak mampu mengalokasikan dana untuk mencicil pinjaman rumah tangga. Kondisi finansial rumah tangga petani bisa dilihat dari beberapa analisis dan ukuran rasio. Dari hasil analisis terlihat bahwa total kewajiban lebih besar dari aset kas yang dimiliki keluarga petani.