Abstrak RSS

PENGEMBANGAN VAKSIN INFLUENZA UNIVERSAL BERBASIS EPITOP

PENGEMBANGAN VAKSIN INFLUENZA UNIVERSAL BERBASIS EPITOP
Toto Subroto, Shabarni Gaffar, Ade Hidayat
-
Indonesia


Penelitian pengembangan vaksin influenza universal berbasis epitop ini berusaha mengatasi masalah belum efektifnya vaksin influenza konvensional dalam menghentikan penyebaran flu burung yang berpontensi pandemi. Virus influenza terus-menerus bermutasi yang mengubah protein haemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Selama ini vaksin konvensional influenza A mengandalkan respons antibodi yang diarahkan pada HA dan NA. Mutasi berupa pergeseran antigen (antigenic shift) ini menjadi penyebab terjadinya pandemi influenza yang mengakibatkan jutaan korban dalam skala global. Upaya pengembangan vaksin influenza berbasis epitop mengarah pada protein permukaan matriks 2 (M2e), berupa 24 urutan asam amino (MSLLTEVETPIRNEWGCRCNDSSD) yang bersifat lestari sejak tahun 1933. Kelestarian M2e ini memungkinkan dirancangnya suatu vaksin influenza universal berbasis epitop lestari. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan vaksin influenza universal yang mengandung epitop target M2e yang lestari dan epitop P25 untuk sel T penolong (M2e(2-16)-K-P25). Pada tahun pertama, tujuan penelitian ini adalah (i) untuk memperoleh fragmen-fragmen peptida penyusun epitop M2e(2-16)-K-P25 melalui metode sintesis peptida fase padat yang pada tahun berikutnya akan digabung menjadi epitop M2e(2-16)-K-P25 utuh dan (ii) mengklon gen epitop M2e(2-16)-K-P25 dan mengekspresikannya dalam E. coli ER2566. Empat fragmen peptida bergugus pelindung; SLLTEVET (F1), IRNEWGK (F2), KLIPNASLI (F3), dan ENCTKAEL (F4); telah berhasil disintesis yang masing-masing dideteksi pada spektra massa di m/z 1490,0; 1874,9; 1589,9; dan 1881.9 sma. F1 diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi (94,8%) meskipun tidak melalui pemurnian lebih lanjut menggunakan teknik kromatografi. F2 dan F4, yang diperoleh dalam keadaan tidak murni, perlu proses pemurnian lebih lanjut menggunakan kromatografi kolom. Sementara itu pada metode biosintesis, gen eptitop M2e(2-16)-K-P25 telah berhasil didesain, diklon, dan diekspresikan dalam E. coli ER2566. Fragmen gen M2e(2-16)-K-P25 telah diekspresikan dalam E. coli ER2566 berupa protein fusi M2e(2-16)-K-P25-intein-CBD. Ekspresi dilakukan dengan kondisi 37 C sebelum induksi dengan IPTG dan 18 C setelah induksi dengan IPTG 100 mM. Pemurnian protein fusi M2e(2-16)-K-P25-intein-CBD dengan kolom kitin dilakukan untuk mengetahui adanya peptida M2e(2-16)-K-P25 yang diekpresikan. M2e(2-16)-K-P25-intein-CBD terikat pada matrik kitin karena mengandung domain pengikat kitin. Fragmen M2e(2-16)-K-P25 terpisah dari intein-CBD karena adanya aktivitas pelepasan diri dari intein yang diinduksi dengan penambahan β-merkaptoetanol. Terpisahnya M2e(2-16)-K-P25 dari intein-CBD dapat diamati melalui penurunan bobot molekul. Fragmen M2e(2-16)-K-P25 yang telah terpisah dari intein-CBD dapat dielusi dengan eluen bufer dan dikarakterisasi dengan Tricine-SDS-PAGE. Adanya protein disekitar 6,2 kDa menunjukkan fragmen M2e(2-16)-K-P25 telah berhasil dimurnikan dan dipisahkan dari intein-CBD. Namun, masih terdapat pengotor dalam fraksi M2e(2-16)-K-P25, sehingga perlu dilakukan tahap pemurnian lebih lanjut dengan HPLC. Selain itu juga konfirmasi epitop yang lebih akurat menggunakan ESI-MS sedang menunggu hasil.

Download: Full Teks