Abstrak
Hubungan Perceived Stigma Homoseksual Dan Resiliensi Pada Gay Dewasa Awal
Laksmita Rukmi
Universitas Padjadjaran
Indonesia
Universitas Padjadjaran
dewasa awal, early adulthood, homoseksual, homosexuality, perceived stigma, Resiliency, Resiliensi
Fenomena homoseksualitas di Indonesia masih dianggap negatif oleh masyarakat. Anggapan negatif ini terwujud dalam stigma dengan pendapat bahwa homoseksual merupakan penyalahan kodrat, dianggap sebagai dosa besar, dianggap amoral, menyimpang dari norma dan nilai, dan merupakan kelainan mental. Stigma ini ternyata dirasakan pula oleh kaum homoseksual gay (laki-laki dengan laki-laki) yang membawa kaum gay pada keadaan yang tidak menyenangkan (adversity). Dalam menghadapi situasi yang menyulitkan ini, dibutuhkan suatu cara untuk bisa resisten dan bangkit dari adversity, salah satunnya adalah dengan memiliki resiliensi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perceived stigma homoseksual dan resiliensi pada gay usia dewasa awal di Bandung. Metode yang digunakan adalah studi korelasional dengan teknik sampling snowball sampling. Sebanyak 52 responden gay menjadi partisipan dalam studi ini dengan mengisi kuesioner perceived stigma homoseksual dan resiliensi. Perceived stigma homoseksual diukur dengan kuesioner yang dibuat berdasarkan penurunan definisi oleh Meyer (2003). Resiliensi diukur dengan menggunakan Resiliency Quotient Test (RQ Test) yang disusun oleh Reivich dan Shatte (2002) dengan modifikasi. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji korelasi rank spearman. Hasil pengolahan data, didapatkan r = -0.294 dan p-value = 0.034. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dan perceived stigma homoseksual pada 52 responden laki-laki gay di Bandung (p-value = 0.034). Besar koefisien korelasi adalah -0.294 yang artinya kedua variabel memiliki bentuk hubungan korelasi negatif dengan kekuatan hubungan yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi negatif antara perceived stigma homoseksual dengan resiliensi berarti semakin individu gay memahami bahwa masyarakat umum memiliki sikap negatif terhadap homoseksualitas, maka semakin rendah resiliensi pada laki-laki gay usia dewasa awal di Bandung. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pemahaman individu gay terhadap stigma masyarakat, maka semakin tinggi resiliensi yang dimilikinya.
Homosexuality is still widely perceived negatively in Indonesia. This negative perception leads to stigmatization that homosexuality is against nature, considered as a major sin, immoral, deviating from social norms and values, and a mental disorder. This stigma is shared collectively by gay homosexuals (male to male), which brings unpleasant circumstances (adversity). In order to deal with this adverse condition, it is necessary to be resistant and rise from adversity, which one of them is to have resilience. This research was conducted to look at the correlation between perceived stigma of homosexuality and resilience in early adulthood gay in Bandung. The method used is correlational study with snowball sampling technique sampling. A total of 52 gay respondents became participants in the study by completing a questionnaire perceived stigma of homosexuality and resilience. Perceived stigma of homosexuality is measured with a questionnaire designed by breakdown of the definition by Meyer (2003). Resilience is measured using Resiliency Test Quotient (RQ Test) compiled by Reivich and Shatte (2002) with modifications. The data obtained were processed using the Spearman rank correlation test. The results of data processing, obtained r = -0294 and p-value = 0.034. These results can be interpreted that there is a significant relationship between resilience and perceived stigma of homosexuality in 52 gay male respondents in Bandung (p-value = 0.034). Correlation coefficient is -0294, which means the two variables has the form of negative correlation with the low strength correlation. The results showed that the negative correlation between perceived stigma of homosexual gay resilience means that, the more people understand that the public has a negative attitude towards homosexuality, the lower the resilience of gay men early adulthood in Bandung. Vice versa, the lower the individual’s understanding of the stigma gay community, the higher the resilience they have.