Abstrak
Karakteristik Morfotektonik DAS Cimanuk Bagian Hulu Dan Implikasinya Terhadap Intensitas Erosi-sedimentasi Di Wilayah Pembangunan Waduk Jatigede
Dr. Ir. H. Nana Sulaksana, MSP., Prof. Dr. Ir. H. Adjat Sudradjat, M.Sc., Dr. Ir. Emi Sukiyah, MT., Drs. Achmad Sjafrudin, Dipl. RS, MSP., Drs. Edi Tri Haryanto, M.Sc. , H. Boy Yoseph CSSSA, ST., MT.
Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Indonesia
Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
das, erosi, morfotektonik, sedimentasi, Waduk Jatigede
DAS Cimanuk bagian hulu berada di wilayah Garut dan Sumedang. Pada alur sungai tersebut telah ditetapkan untuk dibangun Waduk Serbaguna Jatigede yang berlokasi di wilayah Jemah-Cinambo Kabupaten Sumedang. Tatanan geologi DAS Cimanuk bagian hulu cukup kompleks, baik variasi litologi maupun tektoniknya. Sudah sejak awal 1980 pengelolaan DAS Cimanuk dilakukan oleh institusi yang berwenang, terutama untuk memenuhi kebutuhan irigasi di bidang pertanian. Sejak tahun 1992 di kawasan ini juga sudah dilaksanakan riset untuk mendukung rencana pembangunan Waduk Serbaguna Jatigede. Kebutuhan akan energi listrik yang meningkat tajam di P.Jawa dan masalah pemenuhan cumber air untuk kebutuhan irigasi, industri dan domcstik yang scmakin meningkat menjadi alasan kuat pembangunan waduk di wilayah tersebut. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di wilayah tersebut, aspek morfotektonik kurang mendapat perhatian. Wilayah ini sebenarnya termasuk dalam zona tektonik aktif. Hal tersebut tentu saja dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah barn, baik selama proses pembangunan waduk maupun jika waduk telah beroperasi. Erosi yang ekstrim merupakan salah satu dampak dari kawasan yang dikontrol oleh tektonik aktif Tingkat erosi yang melebihi ambang batas di bagian hulu dapat menimbulkan laju sedimentasi yang relatif lebih tinggi yang berimbas pada pendangkalan waduk. Data diperoleh melalui beragam metode, baik observasi langsung di lapangan maupun melalui media peta topografi, citra satelit, dan SRTM yang dapat diunduh melalui situs internet. Perhitungan matematika diperlukan untuk memperoleh data kuantitatif aspek morfometri. Analisis data menggunakan pendekatan probabilistik untuk memperoleh basil dengan tingkat kepercayaan tertentu. Sungai Cimanuk bersumber dari G. Puncakgede (1.805 m) di wilayah Garut. DAS Cimanuk yang berawal dan G.Puncakgede hingga pertemuan dengan S.Cilutung di wilayah Tomo memiliki luas sekitar 1.981 km2. Bentuk DAS menyerupai bulu burung dengan sumbu panjang bearah relatif N35°E. Panjang sungai total mencapai 4.544.440 m yang dapat dikelompokkan dalam orde sungai berkisar dan 1 hingga 7 dengan jumlah segmen sungai total mencapai 5.411. Kerapatan pengaliran mencapai 2,29 dengan rasio cabang sungai bervariasi dengan kisaran 0,74 hingga 3,99. Hasil analisis morfometri DAS terkait dengan tektonik menunjukkan bahwa di beberapa lokasi dikontrol oleh sesar aktif Di wilayah yang dikontrol oleh sesar aktif, pada umumnya sub DAS – sub DAS memiliki nilai kerapatan pengaliran yang relatif lebih tinggi dibandingkan Sub DAS – Sub DAS pada wilayah yang relatif lebih stabil. Demikian juga dengan variabel rasio cabang sungai, di mana sub DAS sub DAS yang dikontrol oleh tektonik memiliki kisaran nilai 1,2 hingga 2,3. Hasil analisis kuantitatif tersebut juga dicerminkan oleh pola pengaliran rektangular dan pola bentang alam yang relatif membentuk kelurusan berimpit dengan zona sesar. Litologi yang menyusun sebagian bcsar wilayah DAS didominasi oleh produk vulkanik berumur Kwarter. Material produk vulkanik tersebut pada umumnya belum terkompaksi dengan baik sehingga mudah hancur dan rentan terhadap erosi. Basil analisis sifat fisik dan mekanika terhadap 15 sampel tanah yang diambil secara random di daerah pcnelitian menunjukkan bahwa wilayah DAS Cimanuk bagian hulu tersusun oleh lanau plastisitas tinggi (40%), lanau pasiran (33%) dan lempung plastisitas tinggi (27%). Wilayah yang tersusun oleh jenis tanah lanau dan lanau pasiran umumnya berupa bentangalam perbukitan dan lereng pegunungan, sementara di wilayah yang relatif datar disusun oleh material lempung. Lanau dan lanau pasiran pada umumnya mudah tergerus oleh erosi dibandingkan lempung. Kombinasi antara litologi beserta basil pelapukannya dan tektonik aktif yang mengontrol DAS Cimanuk bagian hulu turut berperan dalam meningkatnya intensitas erosi. Dampak dari erosi yang tidak terkendali di bagian hulu adalah pendangkalan waduk yang akan menjadi lebih cepat dan dapat mempersingkat umur waduk.