Abstrak
Persepi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Obat Herbal
Dr. Yevis Marty Oesman, SE.,MP., Yunizar, SE., MSc.Ad., Ph.D., Ratna Komara ,SE.,MT., Dr. R. Arief HeImi, SE., M.P
Universitas Padjadjaran Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Oktober 2013
Indonesia
Universitas Padjadjaran Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Oktober 2013
dan obat herbal, perilaku, Persepsi
Obat herbal sudah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia dan seiring dengan tren back to nature pengguna obat herbal di Indonesia mengalami peningkatan. Pengembangan industri obat herbal perlu dipertimbangkan karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, diharapkan dapat menjadi menjadi sumber industri bahan baku obat herbal. Penelitian ini mengenai persepsi dan perilaku masyarakat terhadap obat herbal. Metode yang digunakan adalah Metode Deskriptif Komparatif dengan teknik pendekatan (1) studi pustaka (Desk Study); dan (2) wawancara. Hasil wawancara kepada 20 responden dapat disimpulkan, bahwa (a) Semua lapisan masyarakat sudah mengetahui akan adanya obat herbal, namun pengetahuan mengenai jenis-jenis obat herbal beserta khasiatnya masih sangat terbatas. Masyarakat mengenal obat herbal sebagai obat tradisional yang sudah diwariskan secara turun temurun dengan harga murah. (b) Masyarakat cenderung memiliki persepsi yang cenderung positif mengenai obat herbal. Masyarakat menganggap obat herbal berkhasiat, alami dan tidak banyak menimbulkan efek samping. Namun obat herbal dalam bentuk jamu dianggap belum terstandarisasi. (c) Perilaku penggunaan obat herbal di masyarakat dapat dibagi menjadi tiga: pemakaian untuk penyakit ringan, pengobatan alternatif selain pengobatan secara medis dan sebagai makanan sumplemen. (d) Semakin populamya penggunaan obat herbal oleh masyarakat, bukan saja karena pengaruh dari seringnya promosi dan pengemasan yang semakin menarik juga tidak lepas dan masih banyaknya masyarakat yang memiliki pendapatan rendah, sehingga akses mereka terhadap pengobatan medis (modem) sangat terbatas. Selanjutnya masih banyak yang berpendapat kehigienisan dari obat herbal itu hams ditingkatkan, karena itu disarankan agar aspek kebersihan dan obat herbal itu lebih ditingkatkan. Agar dokter bersedia memberikan rekomendasi penggunaan obat herbal maka obat herbal hams teruji secara klinis dan farmatologis, tentunya ini harus menjadi perhatian para produsen obat herbal. Perlu ada upaya memotivasi atau mengedukasi masyarakat yang saat ini masih mengkonsumsi obat herbal dengan cara mengolah sendiri, hal ini untuk mengantisipasi efek samping.