Abstrak
Analisis Imunohistokimia Fibronectin dan TGF- ß1 dalam Menentukan Vitalitas Luka pada Tikus (Rattus norvegicus) Galur Wistar ( Analysis of Fibronectin and TGF-ß1 Immunoexpression to Determination of Wound Vitality in Wistar Rats (Rattus Norvegicus))
Nita Novita, Hasrayati Agustina, Bethy S. Hernowo, Abdul H. Hassan
Universitas Padjadjaran, Journal of Medicine and Health Vol. 1 No. 1. February 2015
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Journal of Medicine and Health Vol. 1 No. 1. February 2015
Fibronectin, luka, TGF-ß1, vitalitas, vitality, wound
Penilaian vitalitas luka merupakan permasalahan medikolegal yang penting dalam kedokteran forensik. Fibronectin dan TGF-ß1 dapat digunakan sebagai marker karena merupakan salah satu mediator yang muncul lebih awal pada saat terjadi luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan imunoekspresi fibronectin dan TGF-ß1 pada luka antemortal dan posmortal sehingga dapat untuk menentukan vitalitas luka. Penelitian ini merupakan penelitian analisis kategorik tidak berpasangan menggunakan desain eksperimental. Penelitian menggunakan sampel dari jaringan luka antemortal dan posmortal yang diperoleh dari 40 ekor tikus putih galur Wistar, diwarnai dengan HE dan imunohistokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan imunoekspresi fibronectin dan TGF-ß1 pada luka antemortal dan posmortal, dan terdapat perbedaan imunoekspresi fibronectin dan TGF-ß1 pada luka antemortal berdasarkan waktu, dengan p value <0.05. Imunoekspresi positif lemah terhadap fibronectin dan TGF-ß1 terdapat pada seluruh luka (100%) antemortal 30 menit;75% imunoreaksi positif lemah dan 25% positif kuat pada luka antemortal 1 jam, 25% positif lemah dan 75% positif kuat pada luka antemortal 2 jam; sedangkan pada luka antemortal 3 jam dan 4 jam seluruhnya memberikan reaksi positif kuat. Hasil penelitian menunjukkan imunoekspresi fibronectin dan TGF-ß1 yang negatif pada seluruh luka postmortem. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fibronectin dan TGF-ß1 dapat digunakan untuk menentukan vitalitas luka. Wound examination is indispensable in forensic practice. The scientific field of wound age determination has advanced progressively during recent years.The purpose of this study was to determine the differences of fibronectin and TGF-ß1 expression in both antemortem and postmortem wounds. This study was an experimental with completely randomized design. The skin wounds (vital and postmortem) were taken from fourty Wistar rats and divided into 10 groups of rats. Immunohistochemical staining was performed to determine the differences between antemortem and postmortem wounds. The result showed that in 30 minutes after antemortem wound infliction, all of samples showed weak reactivity for fibronectin and TGF-ß1 (100%). In first hour after wound infliction, 3 samples (75%) showed weakly positive and 1 sample (25%) strongly positive for fibronectin and TGF-ß1. In 2 hour after wound infliction, 1 sample (25%) showed weakly positive and 3 sample (75%) strongly positive for fibronectin and TGF-ß1. In 3 and 4 hour after wound infliction, all of samples strongly positive for fibronectin and TGF-ß1. In postmortem wound, all of samples showed negativity for fibronectin and TGFß1. In Conclusion, fibronectin and TGF-ß1 May be useful in the determination of wound vitality.