Abstrak
Gambaran Mengenai Persepsi Keterlibatan Ayah Pada Remaja Laki-Laki Dengan Juvenile Delinquency
Sindy Fadhilah Nasution
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
Andikpas, juvenile delinquency, Kenakalan Remaja, Keterlibatan Ayah, LPKA, Middle Adolescence, Paternal Involvement, Remaja Madya
Kenakalan remaja memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan hubungan dalam keluarga, salah satunya dengan ayah. Remaja memaknakan bagaimana perilaku ayah terhadap dirinya yang dapat dapat dilihat dalam bentuk keterlibatan ayah. Keterlibatan ayah dapat dilihat melalui lima komponen dengan 3 komponen utama dan dua komponen pendukung (Pleck, dalam Lamb, 2010). Keterlibatan ayah yang negatif dapat berdampak pada outcome yang negatif pada anak, salah satunya kenakalan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data empiris terkait keterlibatan ayah pada remaja laki-laki dengan usia 15-18 tahun di LPKA Bandung yang secara objektif terbukti melakukan kenakalan. Penelitian ini dilakukan pada 87 andikpas dengan metode deskriptif kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang diturunkan dari konsep keterlibatan ayah yang dimodifikasi dari alat ukur Djaelani (2012) dan Endiskaputri (2016) dengan menyertakan pertanyaan terbuka.Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa 65 responden (75%) memiliki keterlibatan ayah yang tinggi pada masa kanak-kanak dan remaja, 15 responden (17%) memiliki keterlibatan ayah yang rendah pada masa kanak-kanak dan remaja, 6 responden (7%) memiliki keterlibatan ayah yang tinggi pada masa kanakkanak dan rendah pada masa remaja, dan 1 responden (1%) memiliki keterlibatan ayah yang rendah pada masa kanak-kanak dan tinggi pada masa remaja. Mayoritas responden dengan keterlibatan ayah yang tinggi memiliki skor yang tinggi pada kelima dimensi keterlibatan ayah. Hal ini menandakan ayah menunjukkan kehangatan yang cukup selama meakukan aktivitas bersama responden, tegas dalam mengontrol waktu bermain serta lingkungan pertemanan responden, dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan responden.
Juvenile delinquency has a strong and consistent relationship with family relationship, one of them is relationship with father. Adolescent perceive how his father treat them which could be assessed in paternal involvement. Paternal involvement consists of five components, three primary components and 2 auxiliary components (Pleck, in Lamb, 2010). The negativity of paternal involvement could affect negative children’s outcomes, one of them is delinquency. The objective of this research is to gain empirical data about paternal involvement in male adolescent aged 15-18 years old in LPKA Bandung who are objectively delinquent. The analysis of this research is based on 87 andikpas with quantitative descriptive method. The instrument that being used in this research is questionnaire that derived from paternal involvement concept which modified from the research instrument of Djaelani (2012) and Endiskaputri (2016) with open questions given. Based on analysis, 65 participants (75%) have high paternal involvement in childhood and adolescence, 15 participants (17%) have low paternal involvement in childhood and adolescence, 6 participants (7%) have high paternal involvement in childhood and low paternal involvement in adolescence, and 1 participant (1%) has low paternal involvement in childhood and high paternal involvement in adolescence. Most of participants with high paternal involvement have high scores in five dimensions of paternal involvement which means father show enough warmth during joint activities with participants, firmly enough controlling participants’ playtime and friendship, and responsible in fulfilling participants, needs.