Abstrak RSS

Faktor yang Memengaruhi Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat

Faktor yang Memengaruhi Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat
Fardila Elba, Dewi Marheni, Meita Dhamayanti, Farid Husin, Ponpon S. Idjradinata, Dida Gurnida
Universitas Padjadjaran,IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran,IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015
, , , , , , , ,

Prevalensi stunting di Indonesia yang terjadi pada anak-anak adalah 37,2%, Jawa Barat mencapai 36,8%, Kabupaten Bandung Barat mencapai 23,5% pada tahun 2013. Pertumbuhan stunting dapat dipengaruhi oleh variasi normal dan patologis. Faktor risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah potensi tinggi genetik, penggunaan garam dapur rumah tangga, asupan kalsium, seng, iodium dan sosial ekonomi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang memengaruhi kejadian stunting pada Balita usia 24-36 bulan di Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat. Desain menggunakan mixed methods concurrent embedded dimana pada pendekatan kuantitatif dengan desain kasus kontrol dan paradigma postpositivisme. Pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus dan paradigma naturalistik. Pengambilan sampel kuantitatif dilakukan dengan total sampling sebanyak 144 (57 kasus 57 kontrol) dengan perbandingan 1:1, sedangkan pada kualitatif dengan teknik probability sampling dan dilakukan wawancara secara mendalam kepada subjek. Analisis data pada kuantitatif menggunakan chi-Square dengan melihat Odds Ratio (OR) dan multivariat untuk melihat faktor yang paling dominan sedangkan kualitatif dengan menggunakan konten analisis. Hasil analisis kuantitatif didapatkan bahwa faktor risiko potensi tinggi genetik memiliki nilai (P=0,00; OR=11,7), penggunaan garam dapur rumah tangga (P=0,01; OR=6.57), asupan kalsium yang tidak memenuhi pada kasus stunting (P=0,00; 0R=2.06), asupan seng yang tidak memenuhi standar AKG (P=0,02; OR= 2.13), asupan iodium yang tidak memenuhi standar AKG (P=0,00; 0R=5.72). Sosial ekonomi (P=0,00; OR=3.63). Hasil kualitatif menunjukkan sebagian besar keluarga menggunakan garam yang tidak mengandung iodium yang disimpan di wadah terbuka. Pemberian garam pada proses memasak makanan diberikan pada tengah waktu pemanasan sedang berlangsung. Simpulan faktor yang paling dominan adalah penggunaan garam dapur rumah tangga (p<0,01; OR=12,06;). Analisis kualitatif memberikan gambaran para ibu belum melakukan pemilihan, penyimpanan, dan pemberian garam saat memasak makanan dengan tepat. Prevalence of stunted growth among Indonesian children was about 37.2% in 2013. In West Java, the prevalence was about 36.8% and among districts area, West Bandung District was in the first place with prevalence about 23.5%. Stunted growth was influenced by many factors, but most common was from genetic, socioeconomic factor, and mineral intake from food. To explore risk factors for stunted growth in children age 24-36 months that live in West Bandung District. Methods Mixed method with concurrent embedded design was used in this study. Cases was selected from children age 24-36 months with stunting then controls were selected for the same amount of cases with matching process.Bivariate analyzed with chi-square for determining odds ratio and multivariate with multiple logistic regression. Interview was done for mother children from case group to get qualitative means. Results: Genetic factors, use of non-iodized salt, low calcium, seng, Iodine intake low and socioeconomic status plays significant role (p<0.05). According to qualitative analysis, most of the household used uniodinized table salt with open container and inserted it during heating process. The dominant factor is household used table salt (p<0,01; OR=12,06;). Qualitative analysis showed that mothers were not using correct technique for choosing, storing, and utilizing salt.

Download: .Full Papers