Abstrak
Pemanfaatan Senyawa Aktif Dari Cassia Fistula L. Sebagai Kandidat Antibiotika Untuk Sediaan Antibakteri Dan Antijamur Topikal
Dr. rer. nat. Anis Yohana Chaerunisaa, M. Si., Apt, Dr. Tiana Milanda, M Si., Apt, Dr. Yasmiwar Susilawati, M Si., Apt
Universitas Padjadjaran, Laporan Akhir Insentif Riset Sinas 2015
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Laporan Akhir Insentif Riset Sinas 2015
Cassia Fistula L.
Pemakaian antimikroba baik sebagai antibakteri maupun antijamur sintetis secara terus-menerus selain membunuh mikroba, juga dapat mempercepat timbulnya ras-ras patogen yang resisten. Berkaitan dengan hal tersebut telah mendorong peneliti untuk mencari alternatif pengendalian antimikroba bukan berasal dari sintetis tapi dari bahan alam. Salah satu tumbuhan yang telah sejak lama digunakan sebagai obat alami adalah tumbuhan trengguli (Cassia fistula L.). Berdasarkan kegunaannya secara tradisional, kandungan kimia dan uji bioaktivitas awal sebagai antijamur dapat diprediksi bahwa senyawa-senyawa dari tumbuhan trengguli (Cassia fistula L.) memiliki keaktifan sebagai antibakteri dan antijamur terhadap salah satu atau lebih bakteri dan jamur patogen. Pada penelitian ini telah dilakukan uji aktivitas antijamur dari ekstrak dan fraksinat trengguli (Cassia fistula L.). Pengujian dilakukan dengan tahapan penentuan Konsentrasi hambat tumbuh minimun dari mikroba uji dan uji aktivitas dengan berbagai konsentrasi ekstrak Cassia fistula. Selanjutnya dilakukan fraksinasi. Dengan menggunakan fraksi paling aktif sebagai antimikroba, selanjutnya dibuat formulasi sediaan topikal antijamur yang berbentuk jel dan salep. Dari hasil penentuan KHTM, diketahui bahwa ekstrak Cassia fistula dapat menghambat pertumbuhan jamur Microsporum gypseum pada konsentrasi 600 ppm, sedangkan terhadap Candida albicans sampai konsentrasi 800 ppm belum memiliki daya hambat. Sediaan berbentuk salep dan jel dibuat sebagai bentuk sediaan topikal yang mengandung fraksi yang paling aktif sebagai antibakteri dan antijamur. Basis salep yang digunakan untuk formula salep anti jamur adalah basis salep hidrofobik dan basis salep hidrofilik. Hasil pengujian aktivitas anti jamur dari salep berbasis hidrofobik menunjukkan bahwa sediaan ini tidak memiliki aktivitas terhadap jamur Microsporum gypseum sedangkan salep basis hidrofilik memperlihatkan aktivitas. Sediaan gel basis Acupec dengan fraksi aktif dari Cassia fistula memberikan aktivitas terhadap jamur Microsporum gypseum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraksi aktif antijamur dari Cassia fistula dapat dibuat menjadi sediaan bentuk salep dan gel. Tahap penelitian selanjutnya adalah uji aktivitas antimikroba ekstrak dan fraksinat Cassia fistula terhadap bakteri Propionibacterium acnes dari golongan bakteri gram positif dan Pseudomonas aeruginosa sebagai bakteri gram negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi-fraksi kulit batang Cassia fistula memiliki aktivitas terhadap kedua jenis bakteri uji. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri terbaik, dengan nilai KHTM untuk kedua jenis bakteri uji sebesar 100 ppm. Pengujian aktivitas antibakteri juga dilakukan terhadap sediaan gel yang mengandung fraksi tersebut. Formula yang mengandung 300 ppm fraksi etil asetat merupakan sediaan gel antibakteri yang memberikan aktivitas terbaik terhadap Propionibacterium acnes dan Pseudomonas aeruginosa dengan masing-masing zona hambat sebesar 12,9 mm dan 12,2 mm. Sedangkan formula salep dengan fraksi tersebut hanya memberikan zona penghambatan dari formula yang menggunakan basis salep salep hidrofilik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak dapat berdifusinya zat aktif pada basis salep hidrofobik. Berdasarkan hasil skrining fotokimia diketahui bahwa ekstrak dan fraksi etil asetat ini mengandung senyawa turunan flavonoid, polifenol, triterpenoid, steroid dan golongan senyawa quinon.