Abstrak RSS

Peningkatan Nilai Ekonomis Limbah Ikan Waduk Cirata Pasca Kematian Masal Akibat Turn Over Menggunakan Teknologi Pengolahan

Peningkatan Nilai Ekonomis Limbah Ikan Waduk Cirata Pasca Kematian Masal Akibat Turn Over Menggunakan Teknologi Pengolahan
Dr.Ir. Emma Rochima, M.Si., Dr.Ir. Eddy Afrianto, M.Si., Prof.Dr.Ir. Otong Suhara D., MS
Universitas Padjadjaran, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran November 2014
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran November 2014

Kematian massal ikan di Waduk Cirata, Jawa Barat hampir selalu berulang dari tahun ke tahun akibat degradasi kualitas perairan. Kematian massal terjadi saat adanya peristiwa pembalikan massa air (turn over) yang merupakan fenomena alamiah Fenomena ini sudah menjadi isu sentral, dimana sekitar 55.5 ton ikan yang dipelihara di Karamba Jaring Apung mengalami kematian. Peningkatan nilai ekonomis limbah ikan akibat kematian massal dapat meminimalisir penurunan pendapatan yang dialami pembudidaya ikan di Waduk Cirata. Peningkatan nilai ekonomis dapat dilakukan dengan mengolah limbah ikan menjadi berbagai produk pangan dan non pangan yang bernilai ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan hasil turn offer dan mengisolasi mikroba probiotik dari saluran pencernaan ikan tersebut untuk selanjutnya dimanfaatkan menjadi produk pangan (konsentrat protein ikan) dan non pangan (tepung tulang ikan) serta menghitung nilai ekonomis pemanfaatan limbah ikan di Waduk Cirata. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ikan nila merah di Waduk Cirata teridentifikasi masih dapat dikonsumsi sampai jam ke-14 setelah ikan mati, hal ini ditunjang dari hasil pengamatan karakteristik organoleptik dan penghitungan jumlah mikroba. Mikroba probiotik dari saluran pencernaan Nila sebanyak 11 isolat bakteri. Dari 130 isolat bakteri yang dijumpai, Lactobacillus, Staphylococcus, dan Aeromonas mendominasi jumlah populasi. Konsentrat protein ikan asal limbah ikan memiliki karakteristik tergolong : jenis A. Karakteristik fisik yaitu kapasitas emulsi, densitas kamba, kapasitas dan stabilitas buih (10 menit), serta daya serap air dan minyak tepung konsentrat protein yang diekstraksi dari ikan mas setelah 0 jam kematiannya berturut-turut adalah 88,0 %, 0,53 g/ml, 0,08 dan 0,35 serta 9,33 ml/g dan 2,45 ml/g; sedangkan tepung konsentrat protein yang diekstraksi dari ikan mas setelah 3 jam kematiannya berturut-turut adalah 73,0 %, 0,57 g/ml, 0,09 dan 0,40 serta 8,06 ml/g dan 2,50 ml/g; tepung konsentrat protein yang diekstraksi dari ikan mas setelah 6 jam kematiannya berturut-turut adalah 65,0 %, 0,54 g/ml, 0,1 dan 0,36 serta 7,39 ml/g dan 2,45 ml/g; dan tepung konsentrat protein yang diekstraksi dari ikan mas setelah 9 jam kematiannya berturut-turut adalah 45,5 %, 0,53 g/ml, 0,1 dan 0,33 serta 6,86 ml/g dan 2,50 ml/g. Tepung tulang ikan mas diperoleh dengan rendemen 30% berat basah, memiliki karakteristik proksimat: kadar air 10,56%; kadar protein 12, 11%; kadar lemak 4,07% dan kadar abu 2,5%. Karakteristik organoleptik terhadap kenampakan, aroma, tekstur dan rasa pempek pada dengan penambahan tepung tulang ikan mas hinga 15% masih disukai panelis. Kriteria rasa memiliki nilai terbesar dibandingkan kenampakan, aroma dan tekstur. Kadar kalsium pada pempek dengan penambahan 10% tepung tulang ikan mas adalah 0, 65 % jika dibandingkan dengan kontrol sebesar 0,18%. Usaha tepung tulang ikan mempunyai potensi untuk dikembangkan karena cukup tersedia bahan baku dan layak (feasible) saat terjadi kematian massal ikan. Total biaya yang dibutuhkan untuk membangun home industri tepung tulang ikan sebesar Rp. 110.150.000,-, dengan rincian biaya investasi awal sebesar Rp 63.500.000 dan biaya rutin sebesar 46.650.000,-. Hasil valuasi ekonomi untuk kelayakan tepung ikan menunjukkan bahwa usaha tersebut adalah layak dimana BC Ratio sebesar 1,33, ROI sebesar 6,39 % dan Pay Back Periode selama 15,63 bulan.

Download: .Full Papers