Abstrak
Perempuan, Pendidikan, dan Kemajuan Bangsa
Aquarini Priyatna
Universitas Padjadjaran, IKA-Unpad Untuk Indonesia Mei 2014
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, IKA-Unpad Untuk Indonesia Mei 2014
dan Kemajuan Bangsa, pendidikan, perempuan
Menurut Sensus Penduduk 2010, kini lebih banyak perempuan Indonesia yang mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Meski demikian hanya 62% perempuan yang berhasil memperoleh pendidikan tinggi, berbanding dengan 7.12% laki-laki. Secara keseluruhan hanya 6.87% orang Indonesia yang memperoleh pendidikan tinggi. Angka-angka tersebut menunjukkan masih panjang jalan yang harus dilalui oleh kita sebagai bangsa untuk meningkatkan derajat pendidikannya. Lebih spesifik lagi, bagi perempuan. Jika melihat bahwa ada 25 ribu orang berpendidikan tingkat doktoral pada tahun 2012, hanya 15% dari jumlah itu perempuan (“Indonesia Targetkan Seratus Ribu Doktor Pada 2015,” 2012). Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pendidikan bagi perempuan dan laki-laki. Hal itu juga menunjukkan adanya tantangan dan hambatan bagi perempuan untuk dapat berpartisipasi dan menyelesaikan pendidikan tinggi. Saya berargumentasi bahwa selain hambatan dan tantangan yang bersifat legal formal, dalam banyak kasus, hambatan dan tantangan yang seringkali harus dihadapi secara diam-diam oleh perempuan adalah hambatan kultural dan sosial. Persoalan ketimpangan dan bias gender yang merugikan perempuan tetapi harus dihadapi setiap perempuan dalam menjalani kesehariannya berlaku seperti lingkaran setan yang harus segera diputuskan. Perempuan yang tidak terdidik akan mengalami ketimpangan gender yang lebih besar daripada mereka yang terdidik, tetapi untuk menjadi terdidik, perempuan harus pertama-tama melawan ketimpangan itu. Adalah tugas pemerintah dan masyarakat terdidik untuk memutuskan rantai ketimpangan itu dengan berbagai upaya yang kuat untuk akses pendidikan dan atmosfir yang lebih mendukung bagi perempuan untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Termasuk di dalamnya usaha untuk melakukan reevaluasi terhadap nilai-nilai budaya yang tidak mendukung kemajuan dan kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki.