Abstrak
“Are we simply romantically challenged or are we sluts?” : Menghasrati Subjektivitas Seksual Perempuan
Aquarini Priyatna
Universitas Padjadjaran, Jurnal Perempuan 77 untuk Pencerahan dan Kesataraan No. 2 Vol. 18 Mei 2013
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Jurnal Perempuan 77 untuk Pencerahan dan Kesataraan No. 2 Vol. 18 Mei 2013
novel
Saya akan memulai tulisan ini dengan mengutip dari satu novel berbahasa Sunda yang terbit tahun 1959, Marjanah (1959) karya Suwarsih Djojopuspito, yang melukiskan dengan cara yang jujur dan relatif eksplisit. seorang tokoh perempuan yang sedang menghasrati seorang laki-laki, Lungas-lengis Martilah njarita teh, panon hurung ku birahi nu teu kalaksanakeun kahajang..[…] “Jacky, kasukaan nu kudu diwudjudken ku urang teh! Keun kuring anu siga seuneu ngentab2 ngarerab djasmani andjeun! Urang suka! Urang Bunga! Hirup mah ngan sakali!” Tokoh Martilah digambarkan sangat berhasrat untuk berhubungan seksual dengan Jacky, yang merupakan teman dari suaminya. Dalam episode tersebut, Jacky menolak. Novel ini tidak menghukum hasrat Martilah, dan tidak ada diceritakan mengenai sangsi sosial dan budaya yang ditimpakan kepadanya, kecuali bahwa Martilah sendiri yang menyadari bahwa hidup dengan suaminya yang tidak lagi dihasratinya bukanlah hidup yang diinginkannya. Martilah sendiri yang meninggalkan suaminya, dan bukan karena diceraikan suami. Di akhir cerita Martilah akhirnya menemui Jacky dan menjadi pasangannya, sementara Soetrisna, suaminya, akhirnya bersatu bersama Marjanah, perempuan yang lebih diinginkannya.