Abstrak
Politik Seksualitas Nazi Dalam Novel Der Vorleser Karya Bernhard Schlink (Nazi’s Sexuality Politics in Bernhard Schlink’s Novel “Der Vorleser”)
Cheryl Desyanti Rosyidah Antoni, Aquarini Priyatna, Safrina Noorman
Universitas Padjadjaran, Metasastra, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Metasastra, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172
Der Vorleser, gender, Nazi, race, ras, seksualitas, sexuality
Tulisan ini mengkaji tentang politik seksualitas Nazi yang terdapat dalam novel Der Vorleser karya Bernhard Schlink. Teks novel ini menunjukkan adanya keterkaitan antara seksualitas dan politik. Kajian ini dilandasi oleh teori Foucault yang membahas sejarah seksualitas dan kaitannya dengan negara, serta teori mengenai politik seksualitas Nazi di Jerman yang dikemukakan Herzog. Hasil analisis menunjukkan bahwa di dalam novel tersebut terdapat gambaran politik seksualitas Nazi, seperti pelarangan aktivitas seksual remaja, sakralisasi aktivitas seksual, pengokohan identitas dan peran gender, serta pelarangan hubungan di luar pernikahan. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa politik seksualitas ini diterapkan oleh pemerintah Nazi dengan tujuan untuk menjaga kemurnian ras bangsa Jerman serta menunjukkan superioritas bangsa Jerman terhadap bangsa lain.
This paper examines Nazi’s politics of sexuality in the Bernhard Schlink’s novel “Der Vorleser”. The novel shows that there is a relation between sexuality and politics. This study uses Foucault’s theory on sexuality in relation with the state as well as Herzog’s theory on Nazi’s politic of sexuality. The result of the research show that in the novel there are descriptions of Nazi’s politics of sexuality, such as the prohibition on teenage sexuality, the sacralization of sexual activity, the strengthening of identity and gender roles, and the prohibition of premarital sex. Furthermore, the results of the analysis reveal that the sexuality politics is applied by the Nazi government in order to maintain the purity of the German race and show German supremacy over other nations.