Abstrak
Gambaran Derajat Self-Disclosure dalam Relasi Berpacaran pada Dewasa Awal yang Merasakan Shyness
Andina Bellaputri
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
dating, dewasa awal, early adutlhood, relasi berpacaran, Self disclosure, shyness
Memasuki masa dewasa awal, salah satu hal yang penting adalah menjalin intimate relationship, seperti relasi berpacaran. Salah satu kunci yang dapat membuat relasi berpacaran berjalan dengan baik adalah self-disclosure atau mengungkapkan hal-hal mengenai diri kepada pasangan. Pada beberapa individu yang memiliki masalah dengan interaksi sosial seperti shyness, self-disclosure mungkin tidak mudah untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran self-disclosure dalam relasi berpacaran pada dewasa awal yang merasakan shyness. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel sampling jenuh. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 31 orang dewasa awal yang berkuliah di Universitas Padjadjaran dan merasakan shyness. Data diperoleh melalui alat ukur dalam bentuk kuesioner yang dimodifikasi dari alat ukur self-disclosure milik Annisa Fernanda Valentina (2011). Kuesioener tersebut berakar dari teori Wheeless & Grotz (1976). Sebelumnya, untuk menjaring partisipan yang merasakan shyness, diberikan kuesioner yang dimodifikasi dari alat ukur derajat shyness milik Rijalul Haq (2009) yang merupakan terjemahan dari “Revised Cheek and Buss Shyness Scale” (1983). Hasil reliabilitas masing-masing alat ukur ini adalah 0.917 untuk self-disclosure dan 0.801 untuk alat ukur derajat shyness dengan menggunakan perhitungan Cronbach Alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-disclosure sudah cukup baik pada dewasa awal yang berkuliah di Universitas Padjadjaran dan merasakan shyness. Keinginan untuk mengungkapkan diri kepada pasangan cenderung tinggi. Self-disclosure dilakukan cukup sering dan dalam waktu yang cukup lama. Informasi yang diungkapkan, baik berupa informasi positif dan negatif, sudah cukup mendalam dan dianggap personal. Penggambaran diri yang dilakukan cukup akurat dan sesuai dengan diri yang sebenarnya. Terdapat beberapa hal yang berperan dalam self-disclosure tersebut, termasuk salah satunya shyness yang dirasakan.
Having an intimate relationship like dating is one of the most important things for everyone entering early adulthood. In building a romantic relationship, self-disclosure or revealing personal information to others is key to the maintenance of a relationship. For people who have problems with social interactions like shyness, self-disclosure is not an easy thing to do. The study aims to assess self-disclosure within dating of early adults who experience shyness. The research was conducted to whole population following the criterion which consisted of 31 Universitas Padjadjaran students who experience shyness. The study used quantitative descriptive method. Data of research was collected through a modified questionnaire created by Annisa Fernanda Valentina (2011). The questionnaire was based on Wheeless & Grotz’s theory (1976). Before data collection, participants were given another questionnaire about shyness created by Rijalul Haq (2009) adapted from “Revised Cheek and Buss Shyness Scale” (1983). Reliability scores for each test are 0.917 for self-disclosure and 0.801 for shyness as measured by Cronbach’s Alpha. This study shows that self-disclosure of early adults in Universitas Padjadjaran who experience shyness are sufficiently good. Willingness to reveal information to romantic partners is quite high. Self-disclosure is done quite often and for a quite long time, the types of information being disclosed include both positive and negative information, deep, and are considered to be personal. The revealed information also perceived to accurately represent the self. There are a few things that affect self-disclosure, and one of them is the experienced shyness.