Abstrak
Bioteknologi Penyediaan Pakan Berbasis Enkapsulasi Probiotik dalam Sediaan Kering Untuk Meningkatkan Produktifitas Budidaya Udang
Dr. Yuli Andriani S.Pi., M.Si.,(Peneliti Utama), Dra. Sri Rejeki Rahayuningsih M.Si.,(Anggota) Dr. Emma Rochima, S.Pi., M.Si. ( Anggota )
Universitas Padjadjaran, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
enkapsulasi, feed conversion ratio, probiotik, produktivitas, viabilitas
Ketersediaan pakan untuk budidaya merupakan tantangan yang signifikan dalam industri akuakultur, dimana pakan menyumbang hingga 70 % dari biaya operasi untuk sebagian besar kegiatan akuakultur (Muzinic et al ., 2004 ). Berdasarkan hal tersebut, kualitas pakan dan dan metode pemberian pakan harus benar-benar dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan kinerja pertumbuhan dan efisiensi. Selain kuantitas yang mencukupi, kandungan nutrisi yang sesuai kebutuhan, ukuran pakan, kestabilan pakan dalam air dan feed convertion yang tinggi menjadi sangat krusial bagi udang karena akan mempengaruhi volume bobot panen. Pemberian probiotik merupakan terobosan untuk menciptakan pakan yang ekonomis, bernilai nutrisi yang balk bagi udang dan sebagai sarana pengendalian penyakit , meningkatkan respon kekebalan tubuh, memberikan kontribusi gizi dan enzimatik untuk pencernaan inang, dan meningkatkan kualitas air. Sediaan probiotik dalam pakan akan lebih efektif bila di enkapsulasi dalam sediaan kering, sehingga lebih tahan lama dan mudah dalam penyimpannya. Bahan pembawa /penyalut yang digunakan adalah subtrat yang mengandung karbohidrat dan protein, karena selain melindungi dan lingkungan ekstrim juga dapat digunakan sebagai nutrisi sehingga saat penyimpanan bakteri ini masih dapat hidup lebih lama. Probiotik yang akan di gunakan pada penelitian ini meliputi B. licheniformis, B. subtilis, B. mycoides, B. polymyxa, B. megaterium, kapang Saccharomyces, dan Genus Lactobacillus seperti L. acidophilus, dan L. plantarum hash seleksi yang memenuhi persyaratan probiotik. Sedangkan untuk mempertahankan kualitas air budi daya, dapat menggunakan bakteri nitrifikasi, reduksi sulfur, dan biodegradasi bahan organik. Bahan pembawa yang digunakan adalah yang mengandung karbohidrat dan protein di antaranya adalah dekstrin, tepung jagung, tepung beras merah, tepung tapioka, gelatin, susu skim, gula aren dan talek dalam fomulasi campuran. Penelitian dilakukan dalam 3 tahun (tahap). Pada penelitian tahap ( Tahun I) : Seleksi bahan formula probiotik terenkapsulasi dan dalam sediaan kering yang menyalut kultur. meliputi viabilitas sel dan stabilitas sifat yaitu tahan panas, tahan asam empedu, daya adhesi aktivitas antibiotik dan penurunan mortalitas udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulum kering yang mengandung B. subtilis dalam bahan pembawa 80% tepung beras merah, 10% skim, 5% gula aren, dan 5% dekstrosa memiliki viabilitas yang baik selama 4 minggu penyimpanan dengan populasi sel tertinggi 0,48×101° cfu/ml. Bakteri B. subtilis dalam sediaan kering ini juga tahan terhadap kondisi asam pH 4 dengan populasi sel 1,57 x104 cfu/ml, toleran terhadap konsentrasi garam empedu 0,3% dan 0,5% dengan masing-masing populasi sel 2,91×101° cfu/ml dan 2,28×108 cfu/m daya hambat terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhimurium dengan masing-masing diameter zona bening sebesar 11,33 mm dan dan 9, 5 mm. Bakteri B. subtilis dalam bahan pembawa 80% maizena, 15% tepung oatmeal, dan 5% gula aren memiliki aktifitas antimikroba terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhimurium dengan masing-masing diameter zona bening sebesar 13,67 mm dan 11,67 mm. Sementara B. licheniformis yang dukultur dalam bahan pembawa campuran 80 % beras, 10 % kulit pisang, 5 tepung kedelai, 5 % tepung jagung memiliki pertumbuhan paling baik yaitu 2,47×108 cfu/ml dan mampu menguraikan lemak. B.mycoides mampu tumbuh dalam bahan pembawa tapioka yaitu sebesar 59.6×108 cfu/ml . Hasil uji aktivitas enzim selulase dan amylase pada B. megaterium maupun B. mycoides menunjukkan bahwa terdapat aktivitas enzim selulase dan amylase. Aktivitas enzim selulase tertinggi pada B. megaterium adalah sebesar 3,974 unit/ml, sementara enzim amylase sebesar 1,831 unit/ml. Sedangkan B. mycoides memiliki aktivitas enzim selulase tertinggi sebesar 3,506 unit/ml dan enzim amylase 3,730 unit/ml Penelitian tahap 2 meliputi : Formulasi pakan yang terdiri dari probiotik dalam sediaan kering hash seleksi pada tahap I yang ditambahkan dengan bahan pakan konvensional, seperti dedak, tepung ikan, binder, premix dan sumber minyak. Pakan dipreparasi dalam bentuk granul sesuai ukuran bukaan mulut benih udang vanamei umur PL 12. Pada tahap II juga dilakukan pengujian fisik pakan yang dilanjutkan dengan uji biologis pada udang. Parameter yang diukur pada tahap II adalah :pertumbuhan udang, feed conversion ratio, dan kelangsungan hidup udang. Pengaruh pemberian probiotik terhadap kualitas air kolam budidaya dilakukan pada tahap Ill dengan dengan parameter ukur total fosfor, total ammonia, nitrogen organik, BOD dan COD. Tujuan dan penelitian ini adalah untuk memdapatkan formulasi probiotik sediaan kering yang dapat diaplikasikan pada udang untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan, produktifitas udang, dan memperbaiki kualitas air kolam budidaya.