Abstrak
A Nosocomial Infection Manifested As Erysipelas In Pemphigus Foliaceus Patient Under Intravenous Dexamethasone Treatment A Nosocomial Infection Manifested As Erysipelas
Achmad Yudha Pranata, Hendra Gunawan, Endang Sutedja, Oki Suwarsa, Hartati Purbo Dharmaji
Universitas Padjadjaran, Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease, Vol. 6. No.2 Mei–Agustus 2016: 46-48
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease, Vol. 6. No.2 Mei–Agustus 2016: 46-48
ceftriaxone, erisipelas, erysipelas, immunosuppresive, imunosupresi, infeksi nosokomial, nosocomial infection, Pemfigus foliaseus, pemphigus foliaceous, seftriakson
Pendahuluan: Luka suntikan pada intervensi diagnostik memungkinkan masuknya bakteri ke dalam kulit atau jaringan lunak, sehingga dapat mencetuskan infeksi nosokomial, seperti erisipelas. Faktor risiko lain untuk terjadinya infeksi nosokomial antara lain usia tua, penggunaan obat imunosupresif, dan penyakit yang mendasari. Pemfigus foliaseus (PF) adalah penyakit autoimun dengan pengobatan utama kortikosteroid, yang dapat menyebabkan imunosupresi dan membuat pasien rentan terhadap infeksi. Tujuan tulisan ini adalah untuk melaporkan erisipelas sebagai salah satu manifestasi infeksi nosokomial pada pasien yang mendapatkan terapi imunosupresi. Kasus: Dilaporkan satu kasus erisipelas pada pasien PF yang terjadi pada perawatan di rumah sakit hari ke-9, yang mendapatkan terapi injeksi deksametason intravena, dengan riwayat tusukan jarum sehari sebelumnya pada lokasi erisipelas. Manifestasi klinis erisipelas berupa makula eritema dan edema berbatas tegas, nyeri, teraba keras dan hangat, dengan vesikel serta pustula pada permukaan lesi. Pada pewarnaan Gram yang diambil dari isi vesikel dan pustula didapatkan bakteri kokus Gram (+). Pasien diterapi dengan injeksi seftriakson intravena selama 7 hari dan kompres terbuka dengan larutan salin. Perbaikan pada erisipelasdidapatkan satu hari setelah pemberian seftriakson. Pasien dipulangkan pada hari ke 12 perawatan dengan perbaikan baik pada PF dan erisipelasnya. Pada saat kontrol 7 hari kemudian, sudah tidak terdapat lesi erisipelas. Kesimpulan: Luka tusukan dan terapi imunosupresi dapat menjadi faktor penyebab infeksi nosokomial berupa erisipelas. Pengobatan yang tepat pada infeksi tersebut akan mengurangi gangguan fungsional pasien.
Introduction: Puncture wound in diagnostic interventions permits the entry of bacteria into the skin or soft tissue, thus precipitating nosocomial infection, such as erysipelas. There are other risk factors of nosocomial infections including old age, immunosuppressive drugs, and underlying diseases. Pemphigus foliaceus (PF) is an autoimmune disease with corticosteroid treatment as the mainstaytherapy, which could cause mmunosuppression and predispose patients to infection. The objective of this paper was to report erysipelas as one of the manifestations of nosocomial infection in patients under immunosuppressive therapy. Case: A case of erysipelas acquired on the 9th day of hospitalization in a PF patient underwent intravenous dexamethasone injection, with history of puncture wounds on the previous day on the site of erysipelas was reported. The clinical findings of erysipelas were well defined, painful erythema and edema that felt firm and warm on palpation, with blisters and pustules on top. Gram staining from the pustules and blisters fluid revealed Gram (+) cocci. Patient was given 2 grams intravenous ceftriaxone for 7 days and saline wet compress. Improvement on the erysipelas was seen the day after ceftriaxone injection. The patient was discharged after 12 days of hospitalization with improvement both on the PF and the erysipelas. On the next visit 7 days later, the erysipelas lesion disappeared. Conclusion: Puncture wound and immunosuppresive treatment are the factors that could cause erysipelas as a nosocomial infection, and an appropriate treatment of the infection would decrease the functional disability of the patient.