Abstrak
Peran Ultrasonografi Transvaginal Dalam Penegakan Diagnosis Pendarahan Uterus Abnormal (PUA)
Tono Djuwantono
Universitas Padjadjaran, Dipresentasikan pada : Workshop Perdarahan Uterus Abnormal. Bali, 1 Juli 2012
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Dipresentasikan pada : Workshop Perdarahan Uterus Abnormal. Bali, 1 Juli 2012
pendarahan uterus abnormal, PUA, Transvaginal, ultrasonografi, ultrasound
Tujuan: Memberikan wawasan mengenai peranan ultrasonografi transvaginal dalam penegakkan diagnosis pendarahan uterus abnormal (PUA). Metode: Tinjauan pustaka Hasil: Pendarahan uterus abnormal merupakan suatu permasalahan umum yang mendorong lebih dari 20% pasien mendatangi klinik dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Pendarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua bentuk kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya. PUA tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup seorang perempuan namun juga memiliki akibat buruk yang serius seperti anemia atau malignansi. Metode yang akurat untuk menentukan apakah PUA bersifat fungsional atau struktural memerlukan metode yang tidak terlalu invasif. Metode baku (gold standard) untuk investigasi evaluasi PUA adalah dilatasi dan kuretase (D&C) yang menggunakan anesthesia. Namun demikian, sebanyak 2-6% kasus kanker atau hiperplasia tidak terdeteksi pada investigasi evaluasi dengan metode D&C. Dahulu, metode D&C merupakan metode investigasi terbaik untuk mengeksklusi patologi endometrium. Prosedur ini memili 2 kelemahan; pertama, prosedurnya cenderung invasif dan hams dilakukan dengan anesthesia sehingga tidak bisa diaplikasikan secara berulang pada pasien dengan risiko tinggi dan pasien dengan pendarahan berulang. Kedua, sebanyak 10% kasus lesi seperti polip atau karsinoma endometrium tidak terdeteksi dengan metode D&C. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan suatu metode yang aman, sedikit atau tidak invasif, murah, sederhana dan dengan hasil yang cepat. Pencitraan dengan ultrasound dapat membantu ginekologis untuk mendiagnosis berbagai permasalahan terkait dengan saluran genital wanita. Ultrasonografi memungkinkan kita untuk melihat sampai ke dalam tubuh pasien. Pencitraan ultrasonografi menggunakan suatu transmitter yang mengirimkan gelombang suara berfrekuensi tinggi ke dalam tubuh yang akan dipantulkan pada jaringanjaringan berbeda untuk menghasilkan suatu pola echo yang berbeda. Saat ini, penggunaan gelombang ultrasound dengan frekuensi yang lebih tinggi dan kedekatan/proksimitas terhadap uterus yang lebih besar memungkinkan diterapkan pada ultrasonografi transvaginal. Pencitraan ultrasonografi transvaginal relatif murah, tidak memerlukan anesthesia, tidak invasif dan dapat digunakan sebagai langkah awal dalam evaluasi pendarahan uterus abnormal.Ultrasonografi transvaginal memungkinkan deteksi patologi endometrium pada sebagian besar kasus, mudah, relatif murah, tidak memerlukan anesthesia, dan tidak invasif. Pencitraan ultrasonografi transvaginal dapat digunakan sebagai tahap awal investigasi untuk evaluasi perempuan dengan pendarahan uterus abnormal. Ultrasonografi transvaginal dapat disuplementasi dengan beberapa prosedur seperti histeroskopi yang memungkinkan dilakukannya visualisasi rongga endometrium. Hal ini dapat menghemat biaya, waktu, dan waktu rawat inap dibandingkan dengan teknik pengambilan sampel endometrium (dilatasi dan kuretase) untuk mengevaluasi pendarahan uterus abnormal ltrasonografi transvaginal telah digunakan secara luas untuk mengevaluasi perempuan dengan pendarahan uterus abnormal. Ketebalan endometrium basil pengukuran dengan ultrasound berkorelasi baik dengan hasil histopatologi. Rute ultrasonografi transvaginal telah meningkatkan resolusi pencitraan karena jarak probe ultrasound yang lebih dekat dengan endometrium. Tidak diperlukannya kantung kemih yang penuh, yang menekan uterus, meningkatkan pencitraan dan memungkinkan deteksi abnormalitas endometrium dan juga lesi-lesi intrakavitari. Pencitraan ultrasound yang dilakukan dengan baik hampir tidak menimbulkan risiko atau efek samping. Kualitas pencitraan ultrasonografi transvaginal dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas peralatan yang digunakan dan meningkatkan keahlian personil medis yang mengoperasikannya. Kesimpulan: Literatur menunjukkan bahwa ultrasonografi transvaginal memungkinkan pendeteksian patologi endometrium pada sebagian besar kasus. Prosedur ultrasonografi transvaginal merupakan prosedur yang valid, aman, dan tidak invasif yang tidak memerlukan penggunaan anestesi sehingga dapat digunakan sebagai lini awal metode diagnostik dalam investigasi perempuan dengan pendarahan uterus abnormal.