Abstrak
Produksi Senyawa Antibakteri Sebagai Kandidat Obat Gastroenteristik Dari Tumbuhan Asam Kandis (Garcinia Cowa)
Dr. Darwati, Msi, Dr. Anni Anggraeni, MS, Dr. Sri Adisumiwi,MS
Universitas Padjadjaran, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Padjadjaran Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Padjadjaran Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Garcinia cowa, Obat Gastroenteristik, Senyawa Antibakteri, Tumbuhan Asam Kandis
Tumbuhan asam kandis (Garcinia cowa) selama ini telah digunakan oleh masyarakat secara turun temurun untuk mengobati penyakit gasttoenteristik (diare, tipus, dan kolera). Tumbuhan yang memiliki sejarah etnobotani sebagai obat penyakit gastroenteristik dan terbukti mengandung senyawa antibakteri maka dapat dikembangkan sebagai kandidat obat gastroenteristik. Fraksi-fraksi pada setiap bagian tumbuhan G. cowa memiliki aktivitas antibakteri yang beragam terhadap bakteri uji penyebab penyakit gastroenteristik. Fraksi etil asetat buah memiliki aktivitas antibakteri tertinggi terhadap Shigella dysentriae, fraksi heksan akar terhadap Salmonella tiphi , dan fraksi etil asetat kulit batang memiliki aktivitas antibakteri teringgi terhadap Escherichia coll. Pada tahun I telah diperoleh dari fraksi etil asetat buah telah diisolasi senyawa 1 goIongari depsidon yaitu 1,3dihidroksi- 7-metoksi-2,943metilbut-2-enil) depaidon, dari fraksi heksan akar telah diisolasi senyawa 2 golongan steroid yaitu stigmasterol, dan dari fraksi etil asetat kulit batang telah diisolasi senyawa 3 golongan santon yaitu kowanin. Berdasarkan nilai MIC ketiga senyawa tersebut, maka senyawa 1 dan 3 memiliki aktivitas antibakteri yang hampir sama. Senyawa 1 memiliki nilai MIC 370 ptg/mL terhadap Shigella dysentriae dan senyawa 3 memiliki nilai MIC 440 lig/mL terhadap Escherichia coli. Senyawa 2 memiliki aktivitas antibakteri yang lebih rendah dengan nilai MIC 890 ilg/mL terhadap S. tiphi. Pada tahun kedua telah dilakukan pengujian toksisitas akut yang bertujuan untuk mengetahui dosis toksik ekstrak etanol kombinasi kulit batang, kulit akar, dan biji buah kandis pada mencit yang dinyatakan dalam nilai LD50 dengan menggunakan metode Log probabilitas. Hewan uji dibagi ke dalam kelompok kontrol (PGA 2%) dan kelompok uji yang iberikan suspensi ekstrak dengan beberapa variasi dosis secara peroral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LDso ekstrak etanol kombinasi kulit batang, kulit akar, dan biji buah kandis yang dinyatakan dengan kumulatif mortalitas (kematian) pada mencit jantan dan betina adalah sebesar 15 g/kg BB yang sebanding dengan dosis 10,5 g/kg 13B pada tikus. Berdasarkan kriteria toksisitas yang digolongkan oleh Hodge dan Sterner dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kombinasi kulit batang, kulit akar, dan biji buah kandis, baik tikus jantan maupun betina berada pada rentang dosis kriteria praktis tidak toksik karena LDso berada pada rentang dosis 5-15 g/kg BB pada tikus.
Kandis (Garcinia cowa Roxb) had been used empirically by communities to treat gastrointestinal diseases (diarrhea, typhoid, and colera). The plant that has a history of etnnobotany as a gastrointestinal drug and contains antibacterial compound can be developed as drug candidate of gastrointestinal. Fractions of each part of G. cowa has antibacterial activity against a variety of bacteria causing gastrointestinal disease. Ethyl acetate fraction of fruit has the highest antibacterial activity against Shigella dysentriae, hexane fraction of root against Salmonella tiphi, and ethyl acetate fraction of stem bark has the highest antibacterial activity against E.scherichia coll. In the first year, the first compound (depsidon group), 1,3dihidroxi- 7-metoxi-2,9- (3methylbut-2-evil) depaidon, was .isolated from ethyl acetate fraction of fruit. The second compound (steroid group), stigmasterol, was isolated from hexane fraction of root. And the third compound (xanthon group), cowanin, was isolated from ethyl acetate fraction of stem bark. Based on MIC values, the first and third compound have the same antibacterial activity. The first compound has MIC value of 370 1.4g/mL against Shigella dysentriae and the third compound has MIC value of 440 iug/mL against Escherichia coll. The second compound has lower antibacterial activity with MIC value of 890 lig/mL against S. tiphi. In the second year, acute toxicity test was done to determine the toxic dose from combination ethanolic extract of kandis stem bark, root bark, and fruit seed in mice which is expressed LD50 value using Log probability method. Experimental animals were divided into control group (PGA 2%) and test group given an extract suspension orally with a variety of dose. Experiment result showed that LDso value of combination ethanolic extract of kandis stem bark, root bark, and fruit seed which was expressed by cumulative mortality (death) in male and female mice was 15 g/kg that was comparable to dose of 10,5 g/kg in rat. Based on the criteria of toxicity that was classified by Hodge and Sterner can be concluded that combination ethanolic extract of kandis stem bark, root bark, and fruit seed in both male and female rats were practically nontoxic because LD50 value was in the dose range of 5-15 g/kg in rats.