Artikel RSS

Pengujian lapangan efikasi Fungisida Roside 77 wp terhadap Jamur Exobasidium Vexans penyebab penyakit cacar Daun pada tanaman Teh di Ciwidey Kabupaten Bandung

Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan penting bagi Indonesia untuk eksport maupun pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Dalam budidaya teh terdapat kendala, salah satunya adalah adanya serangan penyakit cacar teh (blister blight) yang dapat menurunkan produksi teh. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans dari kelas Basidiomycetes.

Exobasidium adalah genus basidiomycetes yang membentuk basidia secara langsung dari miselium. Lapisan hifa terbentuk antara sel-sel epidermis pada jeringan tanaman, menyebabkan distorsi jaringan, meliputi
pembengkakan atau benjolan (gall). Infeksi terjadi pada inang seperti teh. Pengendalian meliputi sanitasi gall, juga fungisida dapat digunakan, tetapi keberhasilan tergantung pada aplikasi (Trigiano et al., 2004: Agrios, 1988).

Gejala yang tampak pada tanaman teh akibat serangan E. Vexans yaitu cacar seperti bercak kecil berwarna hijau pucat dan tembus cahaya pada daun muda. Bercak meluas sampai 0,6-1,3 cm setelah 5-6 hari. Bercak
menjadi cekung, sehingga pada sisi bawah daun terbentuk bagian yang cembung yang mirip dengan cacar. Cacar ini permukaannnya tertutup dengan debu putih kelabu terdiri dari basidiopora. Permukaan atas cekung
berwarna lebih pucat, cacar mengering kemudian berlubang (Semangun, 1988).

Beberapa upaya pengendalian yang telah dilakukan antara lain pengurangan pohon pelindung, pemangkasan pada musin kering, dan penanaman klon tahan. Pada umumnya pengendalian cacar teh pada perkebunan di Indonesia dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan fungisida sintetik. Ketergantungan terhadap fungisida sintetik untuk pengendalian penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur disebabkan oleh karena pengendalian dengan fungisida sintetik dapat dilaksanakan dengan segera, praktis dan seringkali efektif.

Download: