Abstrak 
Aplikasi SIG untuk Deliniasi Zona Erosi dan Banjir: Studi Kasus di Cekungan Bandung
Emi Sukiyah
Unpad
Indonesia
Unpad
analisa geo-spasial, erosion zone, flood zone, geo-spatial analysis, metode grid sederhana, The simple grid method, zona banjir, zona erosi
GIS (Geographic Information System) software usually manages vector data. When the facility for raster data is available, it usually used for display and it is not used for analysis. So, it is need the additional method to be used for geo-spatial analysis with many variables. The simple grid method with calculation of numerical info can applied for many purposes of geo-spatial analysis. This method is work by creating grids on map of area that will be analyze, creating data structure with variables have specified, filling this fields data with criteria numbers for analysis, and calculating that record data with statistic method. Finally, that grids have contain numeric data ready for analysis with various mathematical operator, i.e. add, devide, subtract, etc.
Some variables are used for applied this method, i.e. lithologic type, geological structure, slope degree, weathering grade, land use, and rain fall intensity. Result of analysis shows Bandung Basin area can be divided into five zones; very strong erosion, strong erosion, moderate erosion, low erosion, and very low erosion. Areas with very strong erosion are covering upper Cikapundung, Ciramose, Cicangkuang, Citarik, Cikeruh, etc. Areas with strong erosion are identified at Cimanggung, Cijagra, Barugbug, etc. Areas with moderate erosion are indicated at Cijoho, Cirasea, Wangisagara, Ujungberung, etc. Areas of low erosion are at Cikitu, Wayang Mount, Rancakole, etc. Areas with very low erosion are identified upper Cimulu, upper Citarik, etc.
The similar stages can be used for delineation of flood zone. Flood vulnerable area at Bandung Basin are Kiaracondong, Ciwastra, Tegaluar, Rancaekek, Babakanmuara, Cijagra, Majalaya, Ciparay, Dayeuhkolot, Sapan, and Katapang. Generally, area of flood vulnerable takes place on depression terrain. At here, the run off concentrated more deep from around areas.
The data of result analysis and field survey are verified using t-test. The test shows no significant difference among them, where “tcalculation < ttable”. That phenomenon shows the simple grid method can be used for analysis of geo-spatial data related with GIS application for delineation of erosion and flood zones.
Perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografik) biasanya mengelola data berformat vektor. Bila fasilitas untuk data raster tersedia, biasanya digunakan hanya untuk menampilkan data tersebut bukan untuk keperluan analisis data. Oleh karena itu, diperlukan metode tambahan bila akan menggunakan SIG untuk analisis geo-spasial yang melibatkan banyak variabel. Penggunaan metode grid sederhana dengan perhitungan informasi bersifat numerik dapat diterapkan untuk berbagai tujuan analisa geo-spasial. Metode tersebut dilakukan dengan pembuatan grid pada peta daerah yang akan dianalisa, pembuatan struktur data sesuai dengan jumlah dan karakteristik variabel yang ditetapkan, pemasukan data, dan perhitungan data menggunakan pendekatan statistik dan matematika.
Beberapa variabel yang digunakan dalam penerapan metode ini, diantaranya adalah tipe batuan, struktur geologi, kemiringan lereng, tingkat pelapukan, penggunaan lahan, dan intensitas curah hujan. Hasil analisa menunjukkan bahwa Cekungan Bandung dapat dikelompokkan menjadi 5 zona erosi, yaitu erosi sangat kuat, erosi kuat, erosi menengah, erosi rendah, dan erosi sangat rendah. Daerah yang tererosi sangat kuat terdapat di Cikapundung bagian hulu, Ciramose, Cicangkuang, Citarik, Cikeruh, dll. Daerah yang tererosi kuat teridentifikasi di Cimanggung, Cijagra, Barugbug, dll. Daerah yang tererosi menengah terindikasi di Cijoho, Cirasea, Wangisagara, Ujungberung, dll. Daerah yang tererosi rendah terdapat di Cikitu, G.Wayang, Rancakole, dll. Daerah tererosi sangat rendah diidentifikasi di Cimulu bagian hulu, Citarik bagian hulu, dll.
Tahapan yang serupa dapat digunakan untuk deliniasi zona banjir. Kawasan rawan banjir di Cekungan Bandung antara lain Kiaracondong, Ciwastra, Tegaluar, Rancaekek, Babakanmuara, Cijagra, Majalaya, Ciparay, Dayeuhkolot, Sapan, dan Katapang. Pada umumnya, kawasan rawan banjir menempati bentangalam berupa depresi. Di daerah tersebut air permukaan terkonsentrasi lebih dalam dibandingkan daerah sekitarnya.
Hasil analisa data dan hasil survei lapangan diverifikasi menggunakan uji beda rata-rata (t-test). Hasil uji menunjukkan bahwa diantara keduanya secara signifikan tidak berbeda, dimana “thitung < ttabel”. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa metode grid sederhana dapat digunakan untuk analisa data geo-spasial terkait dengan aplikasi SIG untuk deliniasi zona erosi dan banjir.