Abstrak
Rancangan Program Untuk Meningkatkan Kompetensi Interkultural Pada Mahasiswa Pendatang Di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Studi Pada Mahasiswa Pendatang Yang Berasal Dari Papua)
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
intercultural awareness, intercultural competence, intervention design, kesadaran interkultural, Kompetensi interkultural, mahasiswa pendatang dari Papua, Papuan-origin students, rancangan program
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya hambatan yang dialami oleh mahasiswa pendatang yang berasal dari Papua di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dalam melakukan penyesuaian di lingkungan yang berlatar belakang budaya berbeda dengan daerah asalnya (intercultural adjustment). Untuk dapat melakukan penyesuaian interkultural dengan lebih efektif mahasiswa pendatang perlu memiliki kompetensi interkultural yang adekuat (Fantini, 2009). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran kompetensi interkultural yang dimiliki oleh mahasiswa pendatang yang berasal dari daerah Papua di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dan untuk mengetahui komponen kompetensi interkultural yang belum dikuasai oleh para responden. Setelah diketahui gambaran kompetensi interkultural dan komponen yang belum dikuasai, maka akan disusun rancangan program yang dapat meningkatkan kompetensi interkultural pada mahasiswa pendatang yang berasal dari Papua di UKSW Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang menggunakan analisis deskriptif berdasarkan kategori. Data diambil dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner kompetensi interkultural yang dikembangkan dari teori Intercultural Competence dari Fantini (2009). Data diperoleh dari 188 orang mahasiswa UKSW yang berasal dari Provinsi Papua dan Papua Barat yang tinggal di Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mahasiswa pendatang yang berasal dari Papua (58,51%) memiliki kompetensi interkultural yang tergolong cenderung tinggi. Dari hasil analisis diketahui bahwa dari keempat komponen pembentuk kompetensi interkultural, komponen kesadaran merupakan komponen yang secara umum belum dikuasai secara optimal oleh para responden. Oleh sebab itu, rancangan program yang dikembangkan dari penelitian ini secara khusus akan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran interkultural dari para mahasiswa pendatang sehingga dapat membantu para mahasiswa pendatang untuk dapat mencapai kompetensi interkultural secara optimal. Rancangan program disusun dalam bentuk pelatihan selama dua hari dengan menerapkan pendekatan experiential learning.
This research is based on difficulties of Papuan-origin students in Satya Wacana Christian University (SWCU) in performing intercultural adjustment to Javanese culture which has extreme differences to their origin. In performing effective intercultural adjustment, one needs an optimal intercultural competence (Fantini,2009). This research will explore SWCU Papuan-origin students’ intercultural competence and dissect which component of intercultural competence that has not been mastered by the students. The result will lead to a development of training program aimed to increase intercultural competence of SWCU Papuan-origin students. A quantitative method was used to produce categorical descriptive analysis. 188 SWCU Papuan-origin students from Papua province and West Papua province participate in this study and undertook intercultural competence questionnaire. Questionnaire was developed based on Intercultural Competence theory from Fantini (2009).Study findings’ shows that most of the Papuan-origin students (58.51%) students have moderate-high level of intercultural competence, meaning that most Papuan-origin students do not possess adequate ability in achieving their goals in order to performing intercultural adjustment. Further investigation in each component of Intercultural competence indicated that respondents in general have not mastered intercultural awareness component optimally. Hence, training program designed from this findings will specifically aimed to increase Papuan-origin students’ intercultural awareness component to enable them achieve adequate intercultural competence. The intervention is designed into twodays training by applying experiential learning principles.