Abstrak
Gerakan Komunitas Kota Dalam Upaya Memperbaiki Kualitas Lingkungan Di Kota Bandung
Drs. Wahyu Gunawan, M.Si., Drs. Rd. A. Tachya Muhamad, M.Si.
Universitas Padjadjaran, Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Jatinangor 2012
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Jatinangor 2012
Environmental Movement, gerakan lingkungan, group solidarity, lingkungan urban, solidaritas kelompok, urban environmental
Bandung merupakan kawasan perkotaan yang sedang mengalami perkembangan ekonomi yang pesat di mana kerusakan lingkungan tidak dapat dihindari. Pemerintah kota berupaya untuk menanggulangi dampak negatif pembangunan, tetapi kerusakan lingkungan tidak mampu dibendung hanya oleh upaya pemerintah kota saja. Beberapa solusi yang ditawarkan pemerintah pun dianggap bertentangan dengan prinsip kelestarian lingkungan, seperti pembangunan PLTSa. Elemen yang senantiasa berupaya memperbaiki kualitas lingkungan di Kota Bandung adalah komunitas yang membentuk kelompok- kelompok gerakan lingkungan, di mana salah satunya adalah Lembaga Penerapan Teknologi Tepat Bandung Green and Clean (LPTT-BGC). Penelitian ini mengkaji bagaimana kelompok gerakan LPTT-BGC melakukan upaya-upaya memperbaiki kualitas lingkungan dan sekaligus melihat sejauh mana peranan kelompok gerakan lingkungan dapat mendorong terjadinya perbaikan kualitas lingkungan di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui wawancara terhadap para aktivis dari LPTT-BGC. Para aktivis LPTT- BGC cukup representatif karena sebagian besar dari mereka juga merupakan anggota kelompokkelompok gerakan lingkungan lainnya. Selain itu, pengamatan juga dilakukan untuk melihat kegiatan-kegiatan dan pola interaksi di antara para aktivis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LPTT-BGC melakukan gerakan lingkungan dengan pendekatan shallow ecology dan berhaluan realis. Artinya upaya-upaya lebih diarahkan untuk menyelamatkan kondisi yang ada dengan edukasi kepada masyarakat dan bersifat kompromis-selektif dengan pemerintah dan pengusaha. Konsekwensi dari orientasi tersebut adalah arah gerakan yang kurang begitu menekankan pada penguatan kebijakan publik. Apalagi hubungan dengan elit politik tidak dibangun dalam konteks agenda-agenda lingkungan. Kelompok ini juga tergantung pada solidaritas yang dibentuk pada kesamaan visi untuk menyelamatkan Kota Bandung dari bencana lingkungan. Solidaritas mengalami fluktuatif seiring dengan dinamika interaksi di dalam kelompok dan dengan kelompok-kelompok lain, serta perkembangan-perkembangan pengetahuan yang berdampak pada disparitas penekanan visi di antara para aktivis.
Bandung is undergoing a rapid economic development in which environmental damage is unavoidable. The city government tried to cope its negative impacts but some solutions would be contrary to the principles of environmental sustainability, such as waste power plant plan. An element who are always trying to improve environmental quality in Bandung is a community formed environmental movement groups, in which one of them is Lembaga Penerapan Teknologi Tepat – Bandung Green and Clean (LPTTBGC). This study examines >ww the efforts carried by LPTT-BGC to defend the city from environmant disaster and to improve environment quality as a movement which has an impact on environmental dynamics in Bandung. This study used a qualitative approach. Data were obtained through interviews with activists from LPTT-BGC. Those activists are representative enough because most of them are also members of other environmental movements groups. In addition, the observation was also done to see their activities and patterns of interaction among the activists. The results showed that LPTT-BGC use shallow ecology approach and realist orientation. This means that their efforts are more directed to save the existing conditions by educating people and selective-compromise cooperation with the government and corporate institutions. Whereas, the relationship with the political elite are not built in the context of environmental agendas.The consequence of this orientation is that the direction of movement have less emphasis on strengthening public policy. In the other side, the group is dependent on solidarity shaped by a common vision to save Bandung from environmental disaster. However, their solidarity is always in fluctuation in line with the dynamics of interaction within groups as well as with other groups. Its fluctuation is also influenced by the outgrowth of member ’s knowledge about the movement which therefore interfere the disparity of vision accentuation among the activists.