Abstrak
Bioteknologi Penyediaan Pakan Berbasis Enkapsulasi Probiotik dalam Sediaan Kering Untuk Meningkatkan Produktifitas Budidaya Udang
Dr. Yuli Andriani, S.Pi., MP. (Ketua), Anggota : Dr. Ratu Safitri, MS., Dr. Emma Rochima, S.Pi,MS.
Universitas Padjadjaran, Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran November 2016
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran November 2016
enkapsulasi, feed conversion ratio, probiotik, produktivitas, viabilitas
Ketersediaan pakan untuk budidaya merupakan tantangan yang signifikan dalam industri akuakultur, dimana pakan menyumbang hingga 70 % dari biaya operasi untuk sebagian besar kegiatan akuakultur (Muzinic et al ., 2004 ). Berdasarkan hal tersebut, kualitas pakan dan dan metode pemberian pakan harus benar-benar dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan kinerja pertumbuhan dan efisiensi. Selain kuantitas yang mencukupi, kandungan nutrisi yang sesuai kebutuhan, ukuran pakan, kestabilan pakan dalam air dan feed convertion yang tinggi menjadi sangat krusial bagi udang karena akan mempengaruhi volume bobot panen. Pemberian probiotik merupakan terobosan untuk menciptakan pakan yang ekonomis, bernilai nutrisi yang baik bagi udang dan sebagai sarana pengendalian penyakit , meningkatkan respon kekebalan tubuh, memberikan kontribusi gizi dan enzimatik untuk pencernaan inang, dan meningkatkan kualitas air. Sediaan probiotik dalam pakan akan lebih efektif bila di enkapsulasi dalam sediaan kering, sehingga lebih tahan lama dan mudah dalam penyimpannya. Bahan pembawa /penyalut yang digunakan adalah subtrat yang mengandung karbohidrat dan protein, karena selain melindungi dari lingkungan ekstrim juga dapat digunakan sebagai nutrisi sehingga saat penyimpanan bakteri ini masih dapat hidup lebih lama. Probiotik yang akan di gunakan pada penelitian ini meliputi B. licheniformis, B. subtilis, B. mycoides, B. polymyxa, B. megaterium, kapang Saccharomyces, dan Genus Lactobacillus seperti L. acidophilus, dan L. plantarum hasil seleksi yang memenuhi persyaratan probiotik. Sedangkan untuk mempertahankan kualitas air budi daya, dapat menggunakan bakteri nitrifikasi, reduksi sulfur, dan biodegradasi bahan organik. Bahan pembawa yang digunakan adalah yang mengandung karbohidrat dan protein di antaranya adalah dekstrin, tepung jagung, tepung beras merah, tepung tapioka, gelatin, susu skim, gula aren dan talek dalam fomulasi campuran. Penelitian dilakukan dalam 3 tahun (tahap). Pada penelitian tahap II ( Tahun II) : Bahan pembawa dalam probiotik sediaan kering berpengaruh terhadap karakteristik mikroba, meliputi viabilitas, ketahanan asam, suhu dan garam empedu, serta daya tahan terhadap pathogen. Hasil terbaik didapatkan pada susu skim merupakan bahan pembawa terbaik untuk sediaan probiotik kering. Susu skim mampu mempertahankan viabilitas Saccharomyces cereviceae selama 4 minggu pada suhu 60 oC dengan jumlah bakteri 6,67x 10 13, Bacillus mycoides pada pH 2 dengan jumlah bakteri 4,72×10 10, L. bulgaricus pada konsentrasi garam empedu 5% dengan jumlah bakteri 3,558×10 10, dan menghasilkan zona bening terhadap Vibrio harveyi sebesar 20,7 mm pada B. polymixa. Uji biologis terhadap udang menunjukkan bahwa penggunaan probiotik sediaan kering dalam pakan komersial dengan komposisi L. plantarum dan Nitrosomonas sebesar 5% yang menggunakan bahan pembawa maltodekstrin menghasilkan Laju Pertumbuhan Harian (LPH) sebesar 0,58% , kelangsungan hidup 100% dan konversi pakan sebesar 0.942.