Abstrak
Pengaruh Herbisida Oksiflourfen terhadap Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah
Ketua : Dr. Dedi Widayat, Ir., MP, Anggota : Dr. Uum Umiyati, SP., MP, Yayan Sumekar, SP.,MP
Universitas Padjadjaran, Laboratorium Ilmu Gulma Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Laboratorium Ilmu Gulma Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
gulma, Herbisida Oksiflourfen, Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, karena selain sudah ratusan tahun lamanya dibudidayakan, sekaligus merupakan salah satu sumber pendapatan petani maupun ekonomi negara. Meskipun harga pasar mengalami fluktuasi yang cukup tajam, usaha tani bawang merah tetap menjadi andalan petani, terutama di musim kemarau, dan menghasilkan keuntungan yang memadai (Rukmana, 2000). Pada tahun 2009 produksi bawang merah adalah 965 .164 ton dan meningkat pada tahun 2010 yaitu mencapai 1.048.228 ton (produktivitas 9,58 ton/ha). Sentra produksi utama bawang merah didominasi oleh Jawa (73%) yang terdiri dari Jawa Barat (Kuningan, Cirebon); Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Pemalang); DI Yogjakarta (Bantul), dan Jawa Timur (Nganjuk, Probolinggo, Pamekasan) Kebutuhan bawang merah di Indonesia tahun 2009 mencapai 936.103 ton dan meningkat pada tahun 2010 yaitu 976.284 ton. (BPS, 2011). di bandingkan negara lain produktivitas bawang merah Indonesia masih tergolong.