Abstrak
Status Asetilator Gen NAT2 pada Pasien Tuberkulosis dan Tuberkulosis dengan Diabetes Melitus di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NAT2 Gene Acetylator Status of Tuberculosis and Tuberculosis with Diabetes Mellitus Patients in Kupang, Nusa Tenggara Timur)
Alvinsyah Adhityo Pramono, Simeon Penggoam, Edhyana Sahiratmadja, Novi Vicahyani Utami, Tri Hanggono Achmad, Ramdan Panigoro
Universitas Padjadjaran, Majalah Kedokteran Bandung 2017;49(1):61–6], pISSN: 0126-074X; eISSN: 2338-6223; https://dx.doi.org/10.15395/mkb.v49n1.989
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Majalah Kedokteran Bandung 2017;49(1):61–6], pISSN: 0126-074X; eISSN: 2338-6223; https://dx.doi.org/10.15395/mkb.v49n1.989
Acetylator, Asetilator, farmakogenetik, Isoniazid, NAT2, Pharmacogenetics, tuberculosis, tuberkulosis
Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita tuberkulosis (TB) terbanyak kedua di dunia. Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu komorbid TB. Arylamine N-acetyltransferase 2 (NAT2) adalah enzim yang berfungsi memetabolisir isoniazid (INH) yang disandi oleh gen NAT2. Gen NAT2 memiliki sejumlah polimorfisme dan dapat menentukan kemampuan seseorang untuk memetabolisir obat yang disebut status asetilator. Pada individu dengan status asetilator lambat, INH dimetabolisir dengan lambat sehingga memungkinkan terjadi intoksikasi hati. Pada TB dengan DM (TBDM) status asetilator lambat dapat membuat pengobatan TB maupun DM menjadi kurang optimal. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi status asetilator pasien TBDM di RSUD Prof. WZ Johannes Kupang periode Juni–November 2011. Pada penelitian potong lintang ini DNA dari darah 122 pasien TB diisolasi dan gen NAT2 kemudian diamplifikasi dan disekuensing untuk diketahui status asetilatornya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 pasien yang memiliki glukosa serum >200 mg/dL yang dikategorikan sebagai pasien TBDM. Pada pasien TBDM didapatkan seorang dengan status asetilator cepat (NAT2*4/NAT2*4), 2 orang dengan status asetilator sedang (NAT2*13A/NAT2*6J), dan 2 orang dengan status asetilator lambat (NAT2*5/NAT2*5G, NAT2*6A/ NAT2*6A, NAT2*7B/ NAT2*7B). Pada pasien TB yang dipilih secara random berdasar usia dan jenis kelamin serupa dengan TBDM didapatkan 2 orang dengan status asetilator cepat (NAT2*4/NAT2*4) dan 3 orang dengan asetilator sedang (NAT2*4/NAT2*6A, NAT2*13A/NAT2*6J). TBDM yang memiliki status asetilator lambat berpotensi memiliki masalah ganda dalam terapi, selain dapat terjadi toksisitas hati akibat terapi dengan INH, juga dapat mengakibatkan pengobatan DM menjadi tidak optimal. Perlu dilakukan peneltian lebih lanjut terkait farmakogenetik pada TBDM. [MKB. 2017;49(1):61–6]
Indonesia is the second highest country with TB patients in the world. Diabetes mellitus (DM) is a comorbid of TB. Arylamine N-acetyltransferase 2 (NAT2), encoded by the NAT2 gene, is an enzyme that metabolizes isoniazid (INH). NAT2 gene has some polimorphysims that may play a role in INH acetylating process. Those who are slow acetylators may develop liver intoxication as a consequence of slow INH metabolism process. Slow acetylator TBDM patients may complicate both TB and DM treatment, causing them to be less optimal. The aim of this study was to explore the acetylator status of TBDM patients in Kupang, Indonesia. A cross-sectional study was conducted by obtaining DNA of 122 TB patients in Kupang in June–November 2011. NAT2 gene was amplified and sequenced to determine the acetylator status. There were 5 TB patients who had a glucose serum level of >200mg/dL and was catagorized as TBDM. Result showed that there was 1 TBDM patient who was a rapid acetylator (NAT2*4/NAT2*4), 2 patients as intermediate acetylators (NAT2*13A/NAT2*6J), and 2 patients as slow acetylators (NAT2*5/NAT2*5G, NAT2*6A/ NAT2*6A, NAT2*7B/ NAT2*7B). Meanwhile, there were 2 TB patients who was rapid acetylators (NAT2*4/NAT2*4) and 3 patients as intermediate acetylators (NAT2*4/NAT2*6A, NAT2*13A/NAT2*6J). Slow NAT2 acetylator TBDM patients potentially face more problems during therapy. As INH may cause liver intoxication, these patients may also experience unoptimum DM treatment. Therefore, it is strongly recommended to do a study on the role of pharmacogenomics in TBDM.