Abstrak
Pola Pendapatan Petani Akar Wangi Di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Povinsi Jawa Barat. (The Income Pattern of Vetiver Root Farmer’s in Samarang District, Garut Regency, West Javanese Province.)
Dini Rochdiani, dkk.
Universitas Padjadjaran, Laporan Penelitian 2007
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Laporan Penelitian 2007
kabupaten garut, Kecamatan Samarang, Pola Pendapatan Petani Akar Wangi, Povinsi Jawa Barat
Akar wangi(Vetiveria zizanoides) menjadi salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi dunia perdagangan. Di Indonesia, produksi akar wangi masih terbatas di wilayah tertentu saja, terutama di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Akar wangi Kabupaten Garut, dapat menghasilkan kandungan minyak yang lebih baik apabila dibandingkan dengan tanaman akar wangi yang ditanam di wilayah lain karena didukung oleh iklim dan kondisi tanahnya. Peningkatan harga sarana produksi dan bahan bakar minyak sebagai bahan penunjang dalam pengolahan minyak atsiri menyebabkan meningkatnya biaya produksi, yaitu biaya variabel maupun biaya tetapnya termasuk biaya overhead. Meningkatnya biaya produksi tentunya berpengaruh terhadap pendapatan petani akar wangi. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana pola dan kontribusi pendapatan petani akar wangi yang bersumber dari usaha tani (pertanian) maupun luar usaha tani (non pertanian) terhadap total pendapatan petani akar wangi, serta kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahatani akar wangi dan upaya yang dilakukan untuk peningkatan pendapatan petani akar wangi. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus terhadap 35 responden pada petani akar wangi di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Hasil penelitian memperlihatkan, terdapat tujuh macam pola pendapatan petani akar wangi yang bersumber dari usahatani akar wangi, usahatani lainnya, dan non pertanian. Umumnya hampir semua petani akar wangi ( 87 persen)menggunakan cara berusahatani secara polikultur ( akar wangi dan usahatani lainnya ditambah pendapatan non pertanian) dan sebagian lagi (13 persen)secara monokultur (hanya usahatani akar wangi ditambah pendapatan dari non pertanian). Total pendapatan petani akar wangi adalah Rp. 13.970.000,00 per tahun (kategori nyaris maskin), terdiri dari usahatani akar wangi saja berupa akar kering adalah Rp.2.525.000 per tahun per luas tanam, atau telah memberikan kontribusi sebesar 18 persen terhadap total pendapatan petani akar wangi, usaha tani lainnya adalah Rp. 3.020.000 per tahun, atau telah memberikan kontribusi sebesar 22 persen, dan tambahan pendapatan yang diperoleh dari usaha non pertanian adalah sebesar Rp. 8.425.000 per tahun atau sebesar 60 persen dari total pendapatan petani. Selanjutnya dapat dijelaskan, bahwa kontribusi pendapatan yang berasal dari usaha pertanian memberikan kontribusi lebih rendah (40 persen) dibanding non pertanian (60 persen). Kendala yang dihadapi oleh petani akar wangi adalah keterbatasan modal,rendahnya produktivitas, keterbatasan pemasaran, lemahnya kemampuan petani di off-farm, dan kemampuan asosiasi petani dalam hal permodalan maupun sumber daya manusianya. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan usahatani akar wangi adalah dengan memfasilitasi petani akar wangi untuk melakukan kemitraan dengan para pengusaha minyak atsiri, serta memberikan bantuan usaha ekonomi produktif melalui penyaluran dana penguatan modal usaha kelompok (PMUK) kepada kelompok tani akar wangi.
Vetiver root (Vetiveria zizanoides) as one of essential oils producer plant that necessary for commerce the world. In Indonesia, production of vetiver root still be limited in certain region only, especially in Garut regency, West Javanese Province. Produce of vetiver root from Garut Regency, can result the better oil content if compared to vetiver root plant that planted in other region because supported by climatic and condition of soil. Price increase of facilities for production and fuel oil material as component of supporter in processing of essential oils causes the increasing of production cost comprises variables and also fixed cost including the overhead cost.. Increasing it production cost of course it influential of vetiver root farmer’s. This research want to know, how the income pattern and contribution of vetiver root farmer’s be based on farming ( agricultural ) and also outside farming ( non agricultural ) to total income of vetiver root farmer’s, and constraint farmer on farming activity and effort that is done for increasing income of vetiver root farmer’s. The research method was using is case study to 35 respondent on vetiver root farmer’s in Samarang district, Garut regency. A result of this research shows that, the vetiver root farmer ‘s in Samarang district, Garut regency have seven income pattern. Total income of vetiver root farmer is Rp. 13.970.000,00 per year ( nearly poor catagories ), consist of income from vetiver root farming only is Rp. 2.525.000,00 per year per wide plants ( dry root ), or has given contribution 18 percent to total income of vetiver root farmer, earnings of farmer steming from other farming is Rp. 3.020.000,00 per year, gives contribution 22 percent, and addition of earnings from effort for non agriculture is Rp. 8.425.000,00 per year or 60 percent of total income.A constrain by vetiver root farmer is capital limitation, low of productivity, marketing limitation, its frail of farmer ability at off-farm, and farmer association ability in term about capital and also its human resource. Effort which has been done is with vetiver root farmer facility to do partnership with the essential oils entrepreneurs, and gives help effort for productive chartered investment counsel passed deployment of reinforcement fund of cluster capital employed (PMUK) to group of vetiver root farmer’s.