Abstrak RSS

Analisis Struktur dan Integrasi Pasar Teh Hijau Di Jawa Barat (Suatu Kasus pada Petani Teh Rakyat dan Industri Teh Hijau di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Tasikmalaya) (Analysis of The Structure and Market Integration of Green Tea in West Java (A Case on The Tea Farmers and Industrial of Green Tea in Bandung and Tasikmalaya District, West JavaProvince))

Analisis Struktur dan Integrasi Pasar Teh Hijau Di Jawa Barat (Suatu Kasus pada Petani Teh Rakyat dan Industri Teh Hijau di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Tasikmalaya) (Analysis of The Structure and Market Integration of Green Tea in West Java (A Case on The Tea Farmers and Industrial of Green Tea in Bandung and Tasikmalaya District, West JavaProvince))
Dini Rochdiani
Universitas Padjadjaran, Konferensi Nasional XVII dan Kongres XVI Tahun 2014 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Tema: Kebijakan Untuk Petani Pemberdayaan Untuk Pertumbuhan Dan Pertumbuhan Yang Memberoayakan Subtema: Perdagangan, lntegrasi Ekonomi, Supply Chain Management, Penyuluhan, Komunikasi, Transfer Teknologi, dan Bioteknologi IPB International Convention Center, Bogor 28 - 29 Agustus 2014, Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) 2015, ISBN: 978-979-8420-17-7
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Konferensi Nasional XVII dan Kongres XVI Tahun 2014 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Tema: Kebijakan Untuk Petani Pemberdayaan Untuk Pertumbuhan Dan Pertumbuhan Yang Memberoayakan Subtema: Perdagangan, lntegrasi Ekonomi, Supply Chain Management, Penyuluhan, Komunikasi, Transfer Teknologi, dan Bioteknologi IPB International Convention Center, Bogor 28 - 29 Agustus 2014, Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) 2015, ISBN: 978-979-8420-17-7
, , , , ,

Teh merupakan salahsatu komoditas unggulan Jawa Barat yang saat ini sedang mengalami keterpurukan. Keterpurukan ini dapat dilihat dari harga pucuk teh di tingkat petani masih rendah yaitu Rp. 6.000 sampai Rp. 8.000 per kilogram, sedangkan teh hijau yang diproduksi oleh industri hilir sudah mencapai Rp. 10.000 sampai Rp. 70.000 per kilogram. Petani masih dihadapkan kepada permasalahan bargaining positionnya lemah sehingga tidak dapat menemukan harga sesuai harapan mereka. Keadaan ini menjadikan teh memiliki struktur pasar tersendiri. Struktur pasar yang melibatkan pembeli dan penjual akan mempengaruhi perilaku para pelaku pemasaran dalam proses penemuan harga. Harga yang terjadi di tingkat industri hilir cenderung tidak terintegrasikan dengan harga di tingkat petani, bahkan cenderung terjadi adanya kesenjangan (gap) harga yang sangat berbeda. Integrasi pasar merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada pasar pengikutnya (pasar di tingkat petani).Integrasi pasar dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan integrasi pasar teh di tingkat petani sampai industri hilir dengan menggunakanIndex of Market Connection (IMC) Analysis. Hasil penelitian menjelaskan, bahwa struktur pasar yang terjadi adalah monopsoni. Dalam struktur pasar tersebut kegiatan perdagangan dilakukan oleh satu pembeli dan banyak penjual, artinya hampir semua petani (90%) menjual pucuk tehnya hanya kepada satu perusahaan industri hilir sebagai pembeli tunggal. Selanjutnya, kondisi pasar antara petani dengan industri hilir belum terintegrasi secara sempurna. Walaupun untuk jangka panjang terjadi integrasi pasar, namun integrasi tersebut belum terlaksana secara sempurna. Sedangkan untuk jangka pendek, tidak terjadi integrasi pasar.Belum terintegrasinya pasar teh antara petani dan industri hilir,disebabkan belum optimalnya peran industri hilir sebagai mitra petani yang turut membantu dalam pemasaran teh, sehingga persepsi lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran teh masih berbeda-beda, dan menghambat proses price discovery sehingga outcomenya tidak sesuai dengan harapan.

Tea is one superior commodities of West Java which is currently experiencing adversity.This can be seen from the price of the tea at the farmers level remain low is Rp.6.000 to Rp.8,000/kg, while green tea produced by industrialdownstream reached Rp.10.000 to Rp.70.000/ kg.The problem of the farmers are bargaining position weak and cannot find price according to their expectations.This condition make tea having the markets themselves.Involving the market which buyers and sellers would affect the perpetrators marketing in the price discovery process..Occurring price of the industrial downstream level itsnot integration of priced at the farmer, indeed, likely the gap of price its very different. The market integration is a gauge that shows how far the changes occur in key prices that the market will lead to a change in the the followers (market in farmers level). The market integration could happen if there are adequate market information and information will be quickly from one market to other markets. This research aims to analyze thestucture andmarket integration on the tea farmerstothe industrial downstream with to used Index of Market Connection (IMC) Analysis. The study showed that the market structure of tea was in monopsoni market.The trading market for the activities carried out by one buyers and much sellers, its almost all farmers ( 90 % ) for the tea only to an industrial downstream as a single.Furthermore, market conditions among farmers and industry downstream not perfectly integrated.Although long-term happening in the market but integration has not done perfectly.As for short-term, there is no market integration, because the role of the industrial downstream not optimal yet as like as partners of the farmers on the tea marketing, and perception of the institutions marketing involved in marketing tea is different, and price discovery process was hinder, so outcome not conformity with expectation.

Download: .Full Papers