Abstrak
Strategi Peningkatan Kesejahteraan Petani (Kasus Pada Petani Sayuran Dan Buah-buahan Di Jawa Barat)
Prof. Dr. Ganjar Kurnia, Ir.,DEA., Dr. Lies Sulistyowati, Ir., MS., Dr. Ronnie S. Natawidjaja, Ir., MSc, Dr. Yosini Deliana, Ir., MS.,, Dr. Tuti Karyani, Ir., MS., Dr. Dini Rochdiani, Ir., MS., Dr. Tomy Perdana, SP., MM.
Universitas Padjadjaran, Laporan Tahunan/Akhir Academic Leadership Grant Tahun Ke 1 Dari Rencana 4 Tahun, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Desember 2015
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Laporan Tahunan/Akhir Academic Leadership Grant Tahun Ke 1 Dari Rencana 4 Tahun, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Desember 2015
buah buahan, kesejahteraan petani, Kinerja, sayuran, Strategi
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun strategi peningkatan kesejahteraan petani secara komprehensif dilihat dari aspek on-farm (usahatani), pasca panen, pemasaran, kelembagaan, kemitraan, sistem rantai pasok, pembiayaan, dan kebijakan. Setiap tahun (2015-2018), penelitian difokuskan pada komoditas sayuran dan buah-buahan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebuah sintesis kebijakan Model Integratif Peningkatan Kesejahteraan Petani yang akan disampaikan langsung pada pemerintah dalam forum nasional dan bentuk policy brief. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan pluralistik yang mengkombinasikan dua pendekatan, yakni pendekatan sistem dan pendekatan kuantitatif, yang keduanya memiliki paradigm dan metodologi yang berbeda. Secara khusus, penelitian ini akan mengunakan “soft system dynamics methodology”. Sedangkan pendekatan kuantitatif yang akan digunakan adalah pemodelan ekonometrik. Berdasarkan hasil kajian pustaka, substansi penelitian mengenai strategi peningkatan kesejahteraan petani hortikultura pada level mikro-meso dan makro serta penggunaan pendekatan pluralistik belum pernah dilakukan oleh peneliti lain di Indonesia ataupun dari negara lain. Hasil penelitian menjelaskan kinerja usahatani sayuran dan buah buahan mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir,dilihat dari berbagai aspek, antara lain : tingkat produksi, skala usaha, sistem pengelolaan, penggunaan teknologi, cara penjualan dan pendapatan. Namun demikian berbagai kendala masih dihadapi petani antara lain : perubahan iklim yang ekstrim (climate change), lokasi yang terpencar, akses terhadap modal, kualitas produk yang beragam, tehnik budidaya yang belum sepenuhnya sesuai SOP,sarana dan prasarana yang terbatas dan kondisi penyuluh yang masih terbatas. Kemitraan yang terjadi pada sayuran dan buah sifatnya tidak tertulis. Secara empiris kemitraan petani dengan supplier supermarket dan eksportir berdampak pada peningkatan produksi petani. Namun masih terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki diantaranya kualitas yang masih beragam dan pembayaran yang tidak cash. Lama pembayaran antara 2 -3 menyulitkan petani dalam aktivitas usahataninya. Kemitraan yang tidak didukung dengan komitmen dan kepercayaan (turst), maka akan merugikan salah satu pihak dan pada akhirnya kemitraan tersebut gagal. Pemasaran sayuran dan buah buahan masih dikuasai pelaku pasar yang memiliki informasi pasar, modal dan teknologi. Struktur pasar yang terbentuk cenderung oligopsoni dan petani tidak memiliki posisi tawar (bargaining position) yang kuat, petani hanya sebagai price taker dari fluktuasi harga yang terjadi. Semua pelaku pasar menggunakan sumber modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman) baik dari sumber formal maupun informal. Bank sudah memberikan kemudahan kredit bagi petani akan tetapi hanya sedikit petani yang memanfaatkannya. Hal ini disebabkan harus ada agunan, prosedur yang berbelit-belit, kurangnya petani membuat proposal pengajuan kredit, dan pencairan pinjaman yang tidak tepat waktu. Rantai pasok sayuran dan buah buahan dimulai dari aliran barang, aliran informasi, aliran pengetahuan /teknologi dan aliran modal sangat bervariasi. Pada umumnya aliran barang dimulai dari petani sampai dengan konsumen, aliran informasi terutama informasi harga dimulai dari pasar induk,pelaku pasar dan petani. Aliran pengetahuan dan teknologi ada yang melalui program pemerintah dan ada juga yang melalui perusahaan sarana produksi. Sedangkan aliran modal dimulai dari Bank, lembaga informal, pelaku pasar dan petani. Kesejahteraan petani belum tercapai karena masih lemahnya mulai dari on farm, off farm dan pemasarannya