Abstrak
Sindroma Kardio Renal
Rully Ma Roesli, A.Hadi Martakusumah
Unpad
Indonesia
Unpad
Kardio Vaskuler, kreatinin serum, Sindroma Kardio Renal
Interaksi antar organ ginjal dan jantung sudah sejak lama dikenal dan dilaporkan dalam kepustakaan. Sejak tahun 1998, National Kidney Foundation (NKF) di Amerika melaporkan tingginya angka kejadian Penyakit Kardio Vaskuler (PKV=CVD) yang terjadi pada pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Dalam kurun waktu 2 dekade banyak dilaporkan penelitian tentang inter aksi antara kedua organ ini (Behrend,1999;Ezekowitz dkk,2004; Go dkk,2004; Herzog,2008). Pada tahun 2008 , Sarnak dkk melaporkan bahwa bila dibandingkan dengan populasi umum maka kematian akibat PKV pada penderita PGK tahap 5 ( sudah menjalani dialisis), 10 sampai 30 kali lebih tinggi. Tingginya angka kejadian PGK tidak saja terjadi pada pasien dialisis, ternyata juga pada PGK tahap awal dan berkorelasi dengan peningkatan kadar kreatinin. Fried dkk (2003) melakukan penelitian prospektif pada populasi, melaporkan bahwa kematian akibat PKV pada populasi dengan kadar kreatinin serum < 1.10 mg/dl adalah 11.3/1000/tahun meningkat menjadi 34.5 /1000/tahun pada populasi dengan kadar kreatinin serum 1.5 - 1.69 mg/dl kemudian meningkat lagi menjadi 57.2. /1000/tahunpada populasi dengan kadar kreatinin serum > 1.70 mg/dl. Fried dkk menentukan kadar kreatinin serum < 1.5 mg/dl sebagai batas normal. Interaksi antar organ tidak hanya terjadi pada angka kematian, tetapi juga pada angka kejadian stroke, transient ischemic attact (TIA), hipertrofi bilik kiri (LVH), gagal jantung kongestif, infark miokard dan berbagai penyakit kardiovaskuler lain. Patrick dan Foley (1999) melaporkan bahwa peningkatan angka kejadian LVH berkorelasi dengan penurunan LFG (laju filtrasi glomeruli), yaitu 27 % pada LFG . 50 cc/menit, 31% pada LFG 25-49 cc/menit, dan 45% pada LFG < 25 cc/menit.