Abstrak 
Figur Raja Dalam Beberapa Mantra Jawa Barat Bagian Timor Dari Sumber Lisan Dan Tulisan
kalsum
Unpad
Indonesia
Unpad
bahasa sansakerta, Doa, Figur Raja, Mantra Jawa Barat, mantra Lisan, mantra Tulisan, teks suci
Mantra berasal dari Bahasa Sansekerta yang mengandung pengertian, teks suci, doa atau tukang doa, sair suci, ilmu-ilmu yang bersifat gaib ( Zoetmulder, 1982). Istilah mantra dalam Bahasa Sunda tidak dikenal lagi. Uraian ini menggunakan istilah mantra untuk memberikan kejelasan makna yang bersifat generik dari berbagal ke-giatan masyarakat Sunda yang mengacu ke arah pengertian tersebut. Jika mantra mengacu kepada pengertian doa, maka Sunda bisa diklasifikasikan mantra verbal dan mantra non verbal. Mantra non verbal misalnya, masyarakat Baduy selalu menggantungkan daun pepek dan daun penuh pada leuitnya dengan harapan tetap penuh, pada masyarakat Sunda lainnya menyediakan persyaratan pada upacara kehamilan, kelahiran, penanaman padi dan lain-lainnya. Uraian ini tidak mengacu pada mantra non verbal, selanjutnya istilah mantra mengacu kepada pengertian mantra verbal.
Istilah yang lazim digunakan oleh masyarakat yaitu; jampe, jampe pamake, “keuna ku pamake” “keuna ku wisaya” (terkena guna-guna). Semula mantra mengacu ke hal yang suci, namun akhirnya berkembang ke hal yang bersifat negatif. Jenis-jenis mantra yang terdapat di daerah Sunia menurut istilah penghayatnya di antaranya gendam, pelet, asihan, jangjavokan, singlar, parancah, ajian, rajah, kidung (macamnya Artati, Salamet, Siliwangi/ Pakuan, Saripanggung, panundung) sawer (jenisnya: panganten, sunat,orok), teluh, pamuradan, piburungan piwurungan, pipahokan, halimunan, pileumpeuhan, pangabaran, jampe, wieaya, tumbal.