Abstrak RSS

Keanekaragaman Waktu dalam Budaya Jepang

Keanekaragaman Waktu dalam Budaya Jepang
Agus Suherman Suryadimulya
Unpad
Indonesia
Unpad
, ,

Bagi orang-orang yang memiliki hubungan dengan monochromic time yang tumbuh dan berkembang dalam tradisi masyarakat Eropa Utara, waktu adalah jalan yang terbentang antara masa depan dan masa lampau, atau seperti ikatan langsung yang dipecah-belah. Bagi mereka hal itu adalah nyata. Oleh sebab itu mereka, mengenai waktu, apakah itu menghematnya, menggunakannya, mengkonsumsinya, menyia-nyiakannya, atau apakah berlalunya selalu lebih cepat atau lebih lambat.

Pada masyarakat zaman sekarang, selisih waktu yang terlihat manusia dalam satu harinya berlainan tetapi waktu yang ada di seluruh daerah itu adalah waktu yang berdasarkan matahari, hal ini merupakan sumber perbedaan panjangnya siang dan malam.

Pada artikel kecil ini , manusia menilai waktu yang sebagaimana adanya dari awal sampai akhir, terutama saat awal tahun, mengenai bagaimana manusia mengingat dan menyinggung nilai kesadaran pada apa yang disebut satu tahun, terdapat pada peninjauan percobaan. Melihat dari hasil titik awal kesadaran, penanggalan alami tidak bisa berubah ataupun beralih tetapi penanggalan yang diputuskan manusia sampai saat ini berubah dan juga beralih.

Selanjutnya, penulis mencoba menganalisis peristiwa natal yang terjadi di awal tahun pada suatu masa. Hal ini adalah nilai yang disebut faktor kemajemukan dari budaya setiap daerah pada negara yang damai, bukan hanya kasus di Eropa Utara saja, teori tentang Santa Claus dalam budaya Jepang pun akan dijelaskan pada artikel ini.

Secara logika kami menyesuaikan waktu sebagai sebuah moral/etika. Waktu menguasai masyarakat saat ini. Di satu sisi kita mempunyai waktu, kelengkapan waktu demi waktu pun memiliki 52 syarat yang sangat kompleks dan membingungkan. Hai ini menarik perhatian untuk mengembangkan argumen karena merupakan pemikiran penting mengenai penelitian kebudayaan.

Terakhir, jika kita melihat dari segi persinggungan kebudayaan pada kasus masuknya kebudayaan luar negeri, “Unsur kebudayaan berasal dari kebudayaan itu sendiri dan dari kebudayaan lain yang berakulturasi sebagai suatu penyelesaian, bukan sebagai suatu perpindahan kebudayaan”, peristiwa Natal sebagai adat kebiasaan dari luar negeri sebenarnya telah menjadi kebiasaan di Jepang dengan santa claus sebagai pusatnya. Santa claus merupakan bentuk Dewa Tahun di Jepang yang telah berubah, membuktikan bahwa hal tersebut tidak datang dari luar. Kebudayaan Jepang seperti upacara minum teh (chanoyu), noh, ikebana, kabuki, dan yang lainnya merupakan suatu cara pandang kebudayaan Jepang yang memiliki metode sebagai suatu simbol. Namun bagaimana semua ini bisa menjadi populer di luar negeri? Seperti yang diharapkan, kegunaan pemahaman kebudayaan Jepang saat ini selalu menjadi titik pandang pembahasan dalam diskusi.

For those who have link with monochromic time growing in the society
of Northern Europe, time lies between the future and the past. It is real for them.
Therefore, time is always felt faster or slower whether in the case of saving it,
using it, consuming it, or wasting it.

In the modern society, time difference seen by people in a day is different, but time in all of the areas is time which is based on the sun. This is the source of difference of night and day lengths.

In this article, human regards time as it is from the beginning to the end, especially in the beginning of the year; it is about how people start remembering the things happened in a year. Observed from the beginning point of consciousness, natural calendar will never change, but calendar fixed by human until now keeps changing.

Here, the writer tries to analyze Christmas moment in the beginning of a year. This is regarded as a pluralism issue in every culture of peaceful countries. The theory of Santa Claus does not only arise in Northern Europe, but also in Japanese Culture which will be explained in this article.

Logically, we agree that time is moral or ethics. Time has greatly influenced the society nowadays. On one side, we have time; the total time has 52 conditions which are complex and confusing. This is very interesting to increase arguments because it is an important thought for creating cultural researches.

At last, we observe culture contacts in which foreign cultures come into local cultures, “the elements of culture derive from internal culture and other cultures which fuse forming a solution, and it is not culture shift.” The Christmas event as a foreign custom in fact has been carried out in Japan with Santa Claus as the centre. Santa Claus who is considered as God of Year in Japan has attested that it becomes a part of the internal culture. Other Japanese cultures such as drinking tea (chanoyu), noh, ikebana, kabuki, etc. are a way of thinking of Japanese culture which has methods as a symbol. However, how can this be so popular in the world? As expected, the function of learning Japanese culture nowadays becomes interesting study in any discussion.

Download: pdf