Abstrak
Kapan Kita Merujuk Pasien Endometriosis Pada Fasilitas Teknologi Reproduksi Berbantu ?
Tono Djuwantono, Mulya N A Ritonga
Unpad
Indonesia
Unpad
Endometriosis, Fertilisasi In Vitro, Induksi Ovulasi, infertilitas, Inseminasi
Wanita dengan endometriosis memiliki keterbatasan fertilitas dibandingkan wanita normal. Kemampuan fertilitas ini sebanding dengan beratnya stadium endometriosis. Penyebab terjadinya infertilitas pada wanita endometriosis sebenarnya masih dipertanyakan, sebagian besar ahli menghubungkannya dengan adesi pelvis yang menghambat pergerakan oosit dalam tuba, kualitas dan motilitas oosit yang buruk akibat sekresi kemokin implan endometriosis, produksi inflamasi dan prostaglandin di daerah pelvis akan menstimulasi makrofag dan menghancurkan sperma pasangan pria dan kemungkinan pula berhubungan dengan kejadian anovulasi. Dengan mempertimbangkan usia, lamanya infertilitas dan beratnya stadium pada pasien endometriosis seringkali tindakan pembedahan berperan penting untuk pasangan infertil dengan endometriosis. Pembedahan pada endometriosis dengan infertilitas bertujuan untuk menghilangkan atau mengangkat lesi dan membebaskan perlekatan selain juga mengembalikan posisi anatomis pada organ-organ yang terkait. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa tingkat fertilitas pasien fertilitas meningkat setelah dilakukan tindakan pembedahan. Keberadaan endometrioma dengan diameter > 4 cm juga membutuhkan tindakan eksisi dengan luaran fertilitas yang lebih baik dibandingkan drainase atau koagulasi endometriomanya saja. Eksisi endometrioma ini juga memberikan kemudahan konfirmasi diagnosis melalui histopatologi, mengurangi nyeri dan mempermudah pengambilan ovum untuk program FIV. Inseminasi intra uterin juga masih dapat dilakukan pada pasien endometriosis meskipun efektivitasnya hanya setengah daripada pasien infertilitas akibat sebab lain. Meskipun teknik reproduksi berbantu pada pasien endometriosis jelas lebih unggul dalam memperbaiki fertilitas. Pilihan induksi ovulasi juga menjadi permasalahan tersendiri dimana kadangkala sulit untuk memilih agen yang dipergunakan, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa follicle stimulating hormone (FSH) lebih efektif dalam induksi ovulasi daripada clomiphene citrate. Pemberian Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) agonis pada pasien endometriosis dan infertilitas selama 3-6 bulan pra tindakan pembedahan pada satu penelitian justru meningkatkan angka kehamilan hingga empat kali lipat. Keberhasilan FIV pada endometriosis juga sepertiga kali lebih rendah daripada wanita infertilitas dengan kerusakan tuba. Sehingga penatalaksanaan endometriosis khususnya dengan infertilitas hingga saat ini masih banyak menimbulkan kontroversi karena hasil penelitian yang ada seringkali bertentangan satu sama lain.