Abstrak
Babad Galuh Imbanagara Kajian Tentang Penerapan Unsur-Unsur Pemberdayaan Dan Hubungan Manusiawi Masa Pemerintahan Bupati Galuh Abad Ke-19 Disertai Edisi Teks
Nenny Kencanawati
Unpad
Indonesia
Unpad
kebudayaan, kerajaan
Disertasi berjudul “Babad Galuh Imbanagara (BGI), Kajian Tentang Penerapan Unsur-unsur Pemberdayaan dan Hubungan Manusiawi Masa Pemerintahan Bupati Galuh Abad Ke-19, Disertai Edisi Teks”, ini membahas naskah yang ditulis oleh Wiraadikoesoema, seorang saksi sejarah yang dianggap mengetahui secara langsung tentang keadaan Kabupaten Galuh (sekarang Ciamis) di bawah pemerintahan Bupati Galuh bernama Raden Adipati Aria Kusumadiningrat.
Naskah Babad Galuh Imbanagara yang diperkirakan ditulis pada pertengahan abad ke-19 ini ditulis tangan dalam bahasa Sunda dengan huruf Latin. Isi naskah menceritakan tentang rangkaian peristiwa yang terjadi di kabupaten Galuh yang dimulai dari keadaan nagara Galuh sebelum pindah ke Bojonggaluh, cerita tentang Ratu Galuh, Raja Bondan, Ciung Wanara, Bupati Imbanagara, dan Adipati Panaekan, terjadinya Bedah Ciancang, serta cerita tentang Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat (Kanjeng Prabu atau Kanjeng Dalem).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu filologi, sastra, pemberdayaan, dan hubungan manusiawi. Kajian filologi mengungkapkan bahwa dalam sebuah naskah lama dapat memunculkan suatu informasi yang sangat bermanfaat untuk diterapkan pada pelaksanaan pemerintahan saat ini serta dapat dipedomani oleh generasi berikutnya. Kajian sastra ditujukan untuk mengetahui struktur teks dan adanya hubungan antara bagian-bagian yang dibuat dalam delapan episode yang terdapat dalam naskah tersebut. Selanjutnya, penelitian tentang pemberdayaan dan hubungan manusiawi dikaji dari 84 halaman terakhir teks BGI. Pemberdayaan dan hubungan manusiawi tersebut dilakukan oleh bupati Galuh Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat dalam membangun berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakatnya pada saat itu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode edisi naskah tunggal dengan edisi standar. Selanjutnya metode penelitian ini mengikuti tahapan kritik teks, karena kritik teks merupakan metode filologi. Kemunculan kritik teks sebagai akibat adanya proses menyalin yang tidak bisa tidak terjadinya penyimpangan dari teks aslinya. Kajian filologis diawali dengan meneliti dan menelaah enam buah naskah lain yang semuanya menceritakan tentang Galuh. Lima naskah berbentuk puisi, dan naskah yang dijadikan objek penelitian berbentuk prosa (paparan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BGI merupakan sebuah karya sastra yang memunculkan adanya penerapan unsur-unsur pemberdayaan dan hubungan manusiawi yang dilakukan oleh seorang bupati yang dinilai memiliki kecerdasan dalam mewujudkan program-program pemberdayaan yang sangat dibutuhkan masyarakat Galuh saat itu, dan program-program tersebut masih relevan untuk diterapkan saat ini. Bila dibandingkan dengan program pemberdayaan yang dilakukan oleh seorang kepala pemerintahan di tingkat kabupaten saat ini, khususnya program pemberdayaan dalam bentuk fisik, bupati Galuh Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat salah satunya dinilai baik.
Program-program pemberdayaan yang telah dilakukan oleh bupati Galuh tersebut dapat dijadikan model pemberdayaan yang dilakukan oleh kepala pemerintahan yang memiliki jabatan serupa. Meskipun apa yang dilakukan oleh Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat salah satunya yang dinilai baik bila dibandingkan dengan program-program yang dilakukan oleh bupati saat ini, namun esensinya tetap sama yaitu membangun masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
Dissertation titled “Chronicle Galuh Imbanagara (BGI), Study of Application of Elements of Empowerment and Human Relations Government Regents Galuh Period-19th Century, With a Text Edition,” discusses texts written by Wiraadikoesoema, a witness of history that are considered direct knowledge about the state of Galuh District (now Ciamis) under the rule of Regents Galuh named Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat.
Manuscript Chronicle Galuh expected Imbanagara written in the mid-19th century was written in Sundanese hands with Latin letters. The contents of the script tells the story of a series of events that occurred in the district starting from a state Galuh nagara Galuh before moving to Bojonggaluh, the story of Queen Galuh, King Bondan, Ciung Vanara, Regent Imbanagara, and Adipati Panaekan, the occurrence of Surgery Ciancang, as well as stories about the Adipati Raden Aria Koesoemadiningrat (Kanjeng Prebu or Kanjeng Dalem).
Research carried out by using several approaches, namely philology, literature, empowerment, and human relationships. Philological studies reveal that in an old manuscript can come up with some information that is useful to apply to the execution of the current administration and can be guided by the next generation. The study aimed to elucidate the structure of literary texts and the relationships between the parts are made in eight episodes contained in the manuscript. Furthermore, research on empowerment and human relationships studied from 84 last page of text BGI. Empowerment and human relationships are conducted by the Adipati of regents Galuh Raden Aria Koesoemadiningrat in building various facilities required by the society at that time.
The method used in this study is a single manuscript edition method with the standard edition. Furthermore, this research method to follow the stages of textual criticism, textual criticism is a method for philology. The emergence of textual criticism as a result of the copying process which can not but the deviation from the original text. Philological studies begins by examining and reviewing the manuscript six others who all told about Galuh. Five poetical manuscripts, and manuscripts, as object of research in the form of prose (Expose).
The results showed that the BGI is a literary work that led to the implementation of elements of empowerment and human relationships are conducted by a regent who is judged to have intelligence in making the programs much needed community empowerment Galuh time, and these programs are still relevant to applied current. When compared with empowerment programs carried out by a head of government at the district level today, especially empowerment program in physical form, the regents Galuh Raden Aria Koesoemadiningrat Adipati was one of rated better.
Empowerment programs that have been conducted by the regents Galuh empowerment model can be made by the head of government who have similar positions. Despite what is being done by Raden Aria Adipati Koesoemadiningrat considered to be better when compared to programs currently conducted by the regents, but its essence remains the same ie to develop the community to participate actively in the implementation of empowerment programs aimed at improving the independence and prosperity.
Untuk Keterangan Lebih Lanjut Silahkan Menghubungi : http://cisral.unpad.ac.id