Abstrak
Pembentukan Model Unit Pelayanan Jasa Alat Dan Mesin Sapi Perah
Achmad Firman, SPt., MSi
Unpad
Indonesia
Unpad
agribisnis, komoditas susu, usaha ternak sapi perah
Upaya peningkatan populasi sapi perah secara besar-besaran telah dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1979 – 1980 dengan mengimpor sapi perah yang berkualitas dari Australia dan Selandia Baru. Usaha ternak sapi perah pun menampakkan hasilnya seiring dengan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu. Perkembangan pada agribisnis sapi perah mulai nampak dengan berkembangnnya kelembagan pada agribisnis sapi perah, seperti koperasi, balai inseminasi buatan, industri pengolahan susu, pabrik pakan, perusahaan pensuplai kebutuhan mesin dan peralatan sapi perah, dan sebagainya. Namun, akhir-akhir ini perkembangan jumlah populasi sapi perah, khususnya di Jawa Barat, mengalami stagnasi. Berdasarkan data dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (2004) jumlah sapi perah di Jawa Barat tahun 2000, 2001, 2002, dan 2003 masing-masing sejumlah 70.266, 62.994, 80.089, dan 79.496 ekor. Di samping itu dilaporkan pula bahwa terdapat sekitar 11 Koperasi/KUD susu mengalami stagnasi usaha, bahkan ada beberapa koperasi yang mengalami kebangkrutan akibat salah urus koperasi. Kondisi ini dapat mengakibatkan peternak menjadi tidak bergairah lagi untuk berusaha di peternakan sapi perah. Permasalahan di atas merupakan cerminan bahwa terdapat ketidaksinkronan yang terjadi pada agribisnis sapi perah. Oleh karena itu diperlukan upaya bersama dalam mengelola agribisnis sapi perah melalui kinerja bersama dari seluruh pelaku agribisnis sapi perah, terutama peternak. Upaya peningkatan kemampuan peternak dan sistem yang menunjang ke arah perbaikan kualitas sapi perah dan susu harus terus diupayakan karena ujung tombak dari komoditas susu yang dihasilkan dari peternakan sapi perah berasal dari peternakan rakyat. Salah satu upaya peningkatan produktivitas ternak sapi perah dapat dilakukan melalui penggunaan alat dan mesin (alsin) yang tepat guna agar pencapaian tujuan peningkatan produksi dapat tercapai. Penggunaan alsin untuk usaha peternakan sapi perah diperlukan dalam semua proses produksi, yaitu pra produksi, produksi, panen, pasca panen (pengolahan hasil), dan distribusi. Namun, penggunaan alsin pada usaha peternakan rakyat masih sangat terbatas disebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak untuk membeli alat tersebut sehingga mereka cenderung menggunakan peralatan tradisional yang sederhana penggunaannya, mudah dijangkau, murah, dan tersedia setiap saat.