Abstrak RSS

Sumber Energi Dan Keunikan Kebudayaan Jepang

Sumber Energi Dan Keunikan Kebudayaan Jepang
Amaliatun Saleha
Unpad
Indonesia
Unpad
, , , , , , , , ,

Pembentukan kebudayaan Jepang sudah dimulai sejak zaman Jomon., ketika manusia masih hidup dengan cara berburu dan nomaden. Budaya berburu menimbulkan energi yang selalu memuja alam. Kemudian, pertengahan zaman Jomon muncul budaya bercocok tanam, yang menimbulkan energi dalam mempertahankan nilai tradisional Bersamaan dengan itu, muncul kaum penunggang kuda yang membawa budaya beternak yang menimbulkan energi keingintahuan akan kebudayaan luar, dan energi peniruan. Di Jepang, kebudayaan tidak lahir dari satu bagian masyarakat saja, tetapi lahir dari keseluruhan kalangan masyarakat, Kebudayaan menyerap dan mengendap sampai ke kelas bawah. Kebudayaan yang berasal dari kelas atas, akan segera ditiru oleh kelas bawah. Sumber energi ini menciptakan kebudayaan Jepang yang unik, yaitu kebudayaan yang memiliki nilai naturalis dan emotif, serta nilai shamanistik, dan memunculkan koeksistensi budaya secara paralel di Jepang.

Construction of Japanese culture has been started since the time of Jomon, when humans still lived by hunting and nomadic. Hunting culture, raises the energy of nature worship. Then, in the mid-Jomon era appear farming culture, which generate energy in maintaining traditional values. Along with that, came the horsemen who brought the cattle farming culture that raises energy of curiosity and imitation. In Japan, the culture was not constructed by one part of society, but constructed by the whole society, then culture absorb and settle down to the lower classes. Culture originating from the upper class, would be imitated by lower classes. This energy source create a unique Japanese culture, that has a value of naturalist and emotive, and shamanistic, and also rise parallel cultural coexistence in Japan.

Download: pdf