Abstrak RSS

Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Sri EndahRahayuningsih
Unpad, Bandung Cardiology Update, Hotel Hyatt Bandung
Indonesia
Unpad, Bandung Cardiology Update, Hotel Hyatt Bandung
,

<p>Penyakit Janutng Bawaan (PJB) adalah suatu kelainan yang cukup banyak ditemukan. Insidensi PJB adalah 8-10 di antara 1.000 kelahiran. Insidensi ini hampir sama antara satu negara dan negara yang lain.1 Angka kelahiran di Indonesia adalah 4.000.000 kelahiran/tahun. Angka kelahiran di Jawa Barat adalah 600.000/tahun.2 Secara fisiologi, PJB diklasifikasikan sebagai PJB lesi pirau kiri kekanan, lesi kanan ke kiri dan lesi obstruksi. Pada makalah ini akan dibahas tentang PJB lesi kanan ke kiri yang dikenal juga dengan PJB tipe sianotik. PJB sianotik ditandai dengan kondisi hipoksemia yaitu saturasi oksigen darah arteri yang kurang dari 90%. Hipoksemia yang berlangsung lama telah membawa beberapa konsekuensi dalam kehidupan penderita dengan PJB sianotik. Pada kasus yang berat beberapa konsekuensi tersebut bahkan sudah terjadi sejak tahun pertama kehidupannya, yang merupakan penyulit dalam penanganan penderita PJB sianotik dan sangat menentukan prognosis. Rata-rata bertahan hidup yang makin kecil dengan bertambahnya usia, sangat berhubungan dengan timbulnya penyulit pada PJB sianotik.1 Beberapa penyulit pada PJB sianotik adalah serangan sianosis, polisitemia, sindrom hiperviskositas, stroke, abses serebri, pelbagai diatesis hemoragik, nefropati, sehingga diperlukan tatalaksana yang optimal untuk mencegah hal hal tersebut diatas. Untuk melaksanakan tatalaksana yang optimal lesi pirau kiri ke kanan PJB diperlukan pengetahuan tentang indikasi dan metoda operasi untuk PJB yang harus dilakukan tindakan koreksi. Setiap PJB sianosis memiliki waktu optimal untuk dilakukan prosedur operasi sesuai dengan jenis penyakitnya. Beberapa PJB sianosis memiliki waktu optimal pada saat masa bayi Tujuan utama prosedur operasi pada PJB sianosis adalah mengembalikan ke posisi anatomi sesuai jantung normal, atau paling tidak mendekati fisiologi normal sehingga dapat me ningkatkan kualitas hidup pasien.</p>